Skip to main content

Posts

Setengah Abad Golput

Ariel Heryanto, Direktur Monash Herb Feith Indonesia Engagement Centre, Monash University, Australia NYARIS setengah abad usia golongan putih (golput). Apa saja yang masih sama dan telah berubah di Indonesia? Mengapa golput populer dan makin besar? Sejak dulu golput merupakan pesan politik, bertujuan mengurangi atau menolak keabsahan pemilihan umum. Ia semacam mosi tidak percaya terhadap semua kontestan pemilu atau sistem pemilihan umum secara keseluruhan. Gejala ini mengglobal akibat krisis kepercayaan terhadap institusi negara, terhadap janji-janji dan idealisme nasionalisme, terhadap partai politik. Golput jelas terlihat di berbagai negara yang lebih awal membangun modernitas liberal dan lebih dini mengecewakan warga bangsanya. Di Amerika Serikat, yang sering berkoar soal demokrasi, peserta pemilu berkisar 55-60 persen. Sedangkan di Australia, para pemilih diwajibkan ikut pemilu dan diancam pidana bila sengaja menghindar. Tampaknya tidak semua orang suka demokrasi dan h...

Deliar Noer : "Ini Dadaku. Mana Dadamu!

Isu agama merebak pada Sidang Istimewa MPR dua pekan silam. Pasukan Pengamanan (Pam) Swakarsa yang terkenal dengan senjata bambu runcingnya itu menggunakan simbol Islam dalam "perjuangannya" melawan mahasiswa yang tak setuju dan berniat menggagalkan jalannya sidang. Mereka bahkan rela berjihad. Fenomena ini lantas mencuatkan kesan, seolah-olah muncul adanya musuh Islam. "Padahal tidak begitu. Mahasiswa juga banyak yang Islam," kata Deliar Noer. Kepada Ardi Bramantyo dari TEMPO, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Umat Islam itu mengurai motif politik di balik kemasan agama yang digunakan untuk menjegal laju mahasiswa. Petikannya: Apakah Kongres Umat Islam di Pondokgede sarat dengan muatan politis? Sepertinya begitu. Salah satu deklarasinya mendukung sidang istimewa. Mereka terlalu melihat, kalau Habibie turun, umat Islam rugi besar. Padahal, apa yang telah dilakukan Habibie untuk umat Islam? Jadi, ada indikasi, Habibie menggunakan Islam sebagai p...

Perubahan Itu Bukan Seperti Aladin

Revolusi industri tengah berjalan di PT Bogasari Flour Mills. Dalam setahun terakhir, proses produksi di pabrik pengolahan terigu di Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu berjalan otomatis terintegrasi komputer. Belum sepenuhnya revolusi industri 4.0, memang. Pabrik yang berdiri pada 1971 itu masih menggunakan mesin era industri 3.0, bahkan 2.0. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Kepala Divisi Bogasari Franciscus Welirang mengatakan, di antara 15 line mesin penggilingan gandum Bogasari, baru 3 line yang tergolong mesin era industri 4.0. "Kalau langsung diganti total belum tentu berjalan," kata Franciscus dalam wawancara khusus dengan Tempo, Rabu tiga pekan lalu. Franky-panggilan pria 66 tahun itu-mendarah daging di Bogasari. Dia memimpin anak usaha PT Indofood Sukses Makmur itu sejak 23 tahun lalu. Menantu pendiri Indofood, Sudono Salim, ini mengatakan penerapan revolusi industri terbaru tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perusahaan, kata dia, harus cerdas mem...

Pam Swakarsa: Aktor atau Korban?

Jumat petang, 13 November. Sebelum tragedi berdarah membasahi Jembatan Semanggi, sebuah drama lain menyergap Jembatan Cawang, Jakarta Timur. Peristiwanya bermula ketika sekitar 30 orang--rata-rata bertubuh gempal, berwajah keras, dan berikat kepala hijau--menghadang ratusan mahasiswa yang tengah berarak menuju Gedung DPR/MPR Senayan. Sekelompok orang sipil itu, yang belakangan ini populer dengan sebutan Pasukan Pengamanan (Pam) Swakarsa, bersiaga di depan barikade polisi dan tentara, menyerupai tameng. Bukan mahasiswa rupanya yang harus mereka hadapi, melainkan ribuan massa. Dengan satu teriakan, "Pam Swakarsa.... Tangkap!" warga setempat yang semula hanya menonton seperti dikomando: melempari orang-orang berikat kepala itu dengan batu. Mereka sempat membalas dengan lemparan batu pula, seraya mengacung-acungkan badik. Tapi, menyadari jumlahnya terlalu sedikit, mereka lari kocar-kacir. Tak semua selamat Lima dari mereka terjebak di sebuah tanah lapang berawa-r...

Manusia Bebal

Ini adalah sebuah puisi Manusia Bebal yang percaya diri Maunya hanya menang sendiri Tanpa pernah introspeksi diri Hidup itu dibuat gampang Anda mau dihargai orang? Buat Anda menghargai orang Bicaranya jangan mengajak perang Kalau saya tidak Anda perlukan Anda juga tidak saya perlukan Nadanya memang bukan persahabatan Tapi perlu buat pelajaran Jangan paksa saya bergabung Hidup dengan cara terkungkung Cara yang akhirnya berujung Membuat Anda menjadi MBAMBUNG Lho ... Mengapa menyebut MBAMBUNG? Kok bukan kurang beruntung? Mengapa pakai bahasa kasar? Semuanya pasti punya dasar Bicara dengan bahasa halus Tidak pernah merasa peduli Bicara dengan bahasa kasar Merasa sakit hati sendiri Ketika semua jalan dibuka Hanya perlu pergi kerja Kok masih banyak bicara Masih bawa Tuhan juga Di mana ada kemauan Di situ ada banyak jalan Di mana tidak ada kemauan Di situ ada banyak alasan Ah, sudahlah ... Anda memang Manusia Bebal Bisanya mengeluh sebagai tumbal ...

MANUSIA GAGAL - Antara Aku, Kerbau dan Kamu

Dulu... Kamu pernah berkata menyesal Semua kekacauan ini terjadi Semua karena ulahmu Lalu bertanya ... Mengapa orang jahat Tidak cepat mati? Lalu bertanya ... Apakah manusia sudah ditakdirkan Menjadi bodoh dan miskin? Dan aku selalu jawab ... Dengan semua yang aku tahu Dengan semua yang aku alami Dengan menunjukkan semua bukti Lalu kamu bertanya lagi ... Mengapa semua orang Penuh caci maki ke kamu? Aku selalu berkata ... Bertindaklah! Tunjukkan! Kamu layak tidak dicaci maki Sering kali ... Kamu berkata Ingin mencari suatu pekerjaan Yang tidak perlu berpikir Dan aku selalu berkata ... Hidup itu harus berjuang Berpikir itu termasuk berjuang Dan aku pernah berkata... Gembala kerbau pun berpikir Ketika sang kerbau sakit Kecuali kamu sebagai kerbaunya Dan aku pernah berkata ... Ketika kamu memutuskan menikah Kamu harus bertanggung jawab Terhadap keluarga kecilmu. Kecuali lagi... Kamu menikah dengan ... Seekor kerbau lagi Dan aku selalu berk...

Masihkah Kita Percaya Pada Demokrasi?

Terpilihnya Vladimir Putin menjadi presiden Rusia untuk yang keempat kalinya pada Pemilu yang baru lalu semakin menguatkan apatisme kaum anti-demokrasi. Sebelumnya, kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat juga dianggap sebagai contoh nyata paradoks demokrasi. Demokrasi bukan hanya menghasilkan pemimpin jelek, tapi juga bisa melanggengkan mereka untuk terus berkuasa. Contoh paling klasik terhadap paradoks demokrasi adalah kemenangan Partai Nazi di Jerman pada 1932. Lewat Pemilu yang cukup adil dan terbuka, rakyat Jerman memilih partai yang dipimpin seorang yang kemudian terbukti penjahat. Sebuah negara yang melahirkan puluhan filsuf hebat dan belasan komponis besar, bisa menghasilkan manusia begitu keji. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi? Mengapa demokrasi yang dianggap “sistem terbaik dari yang ada” kerap kali terjatuh pada kekeliruan yang sama? Ada banyak penjelasan untuk pertanyaan ini. Para filsuf sejak lama mencurigai demokrasi. Plato salah satunya. Menurutnya, de...