Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Menanam Pisang, Berharap Durian

Seperti orang lain, kadang saya kesal dengan apa yang tidak saya punya. Misalnya, melihat orang yang begitu ganteng macam Brad Pitt. Sadar saya tak bisa menyaingi kegantengannya, jadi berpikir, "Apalah artinya ganteng, udah mati toh jadi tengkorak." Padahal, kegantengan mereka lahir dari bangunan imajinasi di kepala saya, yang terus dicekokin film, media hiburan, internet, dan lain sebagainya, bahwa wajah macam artis Hollywood itu ganteng. Kegantengan bisa juga ada hubungannya dengan olahraga terkontrol, makanan penuh nutrisi, perawatan tubuh. Tapi, karena saya tak mau capek-capek mikirin itu maupun mengkritisi pikiran sendiri, cara paling gampang tentu penyangkalan dan bawa-bawa mati. Setidaknya itu menghibur saya sejenak. Nanti, di dalam tanah, saya dan siapa pun tak ada bedanya. Penghiburan yang tidak menjawab persoalan Brad Pitt ganteng dan saya tidak. Dan selama kami sama-sama hidup, kejengkelan saya barangkali abadi. Saya juga suka gemas melihat nega

Tulisan [6] | Apakah Agama adalah Candu Masyarakat

Karl Marx adalah seorang filsuf Jerman yang berusaha memeriksa agama dari perspektif objektif dan ilmiah. Analisis dan kritik Marx terhadap agama "Agama adalah candu Misa" ( "Die Religion ist das Opium des Volkesis" ) mungkin merupakan salah satu yang paling terkenal dan paling banyak dikutip oleh teis dan ateis. Sayangnya, sebagian besar dari mereka yang melakukan kutipan tidak benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh Marx, mungkin karena pemahaman yang tidak lengkap tentang teori-teori umum Marx tentang ekonomi dan masyarakat. Banyak orang di berbagai bidang memperhatikan bagaimana menjelaskan agama asal usulnya, perkembangannya, dan bahkan kegigihannya dalam masyarakat modern. Sebelum abad ke-18, sebagian besar jawaban dibingkai dalam istilah teologis dan religius murni, dengan asumsi kebenaran wahyu Kristen dan berjalan dari sana. Namun sepanjang abad ke-18 dan 19, suatu pendekatan yang lebih "naturalistik" dikembangkan. Sebenarnya Marx tid