Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Happy Xmas (War Is Over)

"Happy Xmas (War Is Over)" adalah puncak dari dua tahun lebih gerakan perdamaian yang dilakukan oleh John Lennon dan Yoko Ono yang dimulai dengan bed-in yang mereka bangun pada bulan Maret dan Mei 1969. Bed-in yang pertama berlangsung selama bulan madu kedua pasangan itu. Ini adalah sebuah kampanye multimedia internasional yang diluncurkan oleh pasangan tersebut pada bulan Desember 1969. Saat itu adalah pada puncak gerakan budaya dan demonstrasi menentang keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam. Kampanye ini yang dilakukan terutama dengan menyewa ruang reklame di 12 kota besar di seluruh dunia untuk tampilan poster hitam putih yang menyatakan "WAR IS OVER! Jika Anda Ingin - Selamat Natal dari John & Yoko". Dalam beberapa dekade terakhir, "Happy Xmas (War Is Over)" menjadi semakin terkenal karena banyak dirilis ulang oleh seniman musik lainnya. Sumber : Wikipedia

Hari Lawak Nasional

Sehubungan dengan kecelakaan lalu lintas yang terjadi beberapa hari lalu, biro federal telah menetapkan sebuah tiang listrik dan pimpinan perusahaan listrik sebagai tersangka. Dalam perkembangannya, peristiwa ini tampaknya akan menyeret banyak pihak yang dianggap bertanggung jawab. Sumber kami menyebutkan bahwa biro federal akan meminta keterangan dari beberapa dinas terkait. Mereka berusaha mencari tahu bagaimana sebuah tiang listrik bisa berdiri di lokasi yang sangat ramai dengan lalu lalang kendaraaan. "Kita akan menanggil pejabat dari Dinas ESDM untuk mengetahui mengapa tiang listrik berada dalam posisi berdiri di tempat seramai itu. Fatalnya tiang listrik itu tetap diam tidak bergerak ketika ada mobil yang datang mendekat", kata seorang agen. Agen itu juga memastikan akan memanggil pejabat dari Dinas Perhubungan dan Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian. Hal ini berkaitan dengan pemberian predikat layak operasi bagi kendaraan yang terlibat kecelakaan. Sebaga

Persahabatan Lintas Ideologi: Natsir, Kasimo, dan Leimena

Dari kiri ke kanan, IJ Kasimo, Pendiri Partai Katolik Indonesia, Mohammad Natsir, Petinggi Masyumi dan Johannes Leimena, Anggota Partai Kristen Indonesia.  Reporter: Petrik Matanasi Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dirisak di media sosial. Penyebabnya adalah pembelaan Syafii atas ucapan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama soal surat Al Maidah-51. Banyak pihak yang berseberangan mencacinya.  Salah satu meme yang viral berisi kalimat “Selamat tinggal Syafii Maarif. Maaf Anda bukan Buya kami lagi.” Tak jelas kapan Syafii minta untuk menjadi buya atau bapak mereka. Para perisak melihat Syafii tak membela Islam hanya karena ia bilang Ahok tak menista agama. Padahal, persoalan semacam ini tak bisa dilihat dengan logika biner 'pilih Ahok atau bela Islam,' seperti orang sedang menghadapi saklar lampu on/off.  Sikap Syafii ihwal Ahok tak muncul sekonyong-konyong, seakan ia sedang sekadar membela gubernur DKI itu. Syafii sudah lama dikenal sebagai

(Tiada) Proklamasi Indonesia Tanpa Wikana

Golongan tua, yang kemudian dicap kolaborator Jepang, karena terpaksa bekerjasama dengan Pemerintah Militer Balatentara Jepang, merasa ngeri jika tergesa-gesa untuk proklamasi. Mereka terjepit dalam situasi akhir Perang Dunia: Jepang yang sebentar lagi kalah, namun hanya Jepang yang (pernah) menjanjikan mendukung kemerdekaan. Masalahnya, jika Jepang tak segera memerdekakan, namun pada saat yang sama Sekutu kadung memenangkan Perang Dunia, maka janji Jepang niscaya kasip dan Sekutu belum tentu menyetujui kemerdekaan Indonesia. Jika segera memerdekakan diri secara sepihak, masalahnya Jepang masih eksis sebagai penguasa.   Golongan muda, kebanyakan mahasiswa dan pemuda yang tinggal di asrama-asrama sekitar Menteng, pernyataan kemerdekaan harus sesegera mungkin diumumkan. Tak hanya selekas-lekasnya, namun juga mesti dinyatakan tanpa campur tangan Jepang.  Jika tidak, kemerdekaan Indonesia hanyalah hadiah dari Jepang.  Darah muda mereka yang bergejolak itu bahkan tak peduli dengan

POLEMIK: Maaf?

"Maaf" tak pernah bisa dipisahkan dari ingatan, tapi mungkinkah ingatan bisa kekal? Mungkinkah kita berbicara tentang "maaf" di luar sejarah? Dalam Žert (Lelucon, The Joke),novel Milan Kundera, Ludvik ingin membalas sakit hati atas perlakuan temannya di masa lalu, yang menyebabkan ia, hanya karena sebuah lelucon, disingkirkan Partai Komunis yang berkuasa. Pembalasan itu berhasil, tapi yang terjadi tak membuatnya bahagia. Ternyata ada "lelucon" lain: manusia terkecoh ketika menyangka bahwa ingatan bisa kekal, dan terkecoh mengira kesalahan masa silam bisa dibereskan. Pada akhirnya, tulis Kundera, dendam dan maaf "akan diambil alih oleh lupa". Tentu tak selalu demikian. Lupa nyaris tak punya efek dalam Bharatayudha. Dalam kisah perang besar itu, dengan dendam yang utuh, Bhima memenggal leher Dursasana dan meminum darahnya, dan Drupadi mencuci rambutnya dengan darah itu pula. Waktu tak menggerus sakit hati mereka kepada pangeran Kurawa itu,

Bumi Datar dan Kekakuan yang Merepotkan

Seusai acara diskusi bulanan di klub baca buku yang kami selenggarakan, penulis Zen Hae sempat menyinggung sekilas hal yang akan terdengar ganjil bagi telinga abad ke-21. ”Sekarang ini muncul lagi orang-orang yang percaya bumi itu datar, Bung,” katanya. Saya menanggapinya dengan agak putus asa, ’’Kelihatannya topik itu bisa menjadi urusan yang panjang.’’ Segala hal, Anda tahu, selalu bisa menjadi urusan yang panjang di negara kita. Percakapan di media sosial selalu menjanjikan hal yang seru setiap hari, dan seringkali panas, apa pun isunya. Atau, dalam kalimat yang lebih tepat, apa saja bisa dijadikan bahan olok-olok. Percakapan dengan Zen itu terjadi dua bulan lalu dan saya sudah tidak ingat lagi sampai kemudian Ronny Agustinus, penerjemah, aktivis perbukuan, dan pemilik penerbitan indie Marjin Kiri, memberi tahu bahwa buku terjemahan The Flat-Earth Conspiracy: Bukti-bukti Ilmiah Bumi Itu Datar menjadi buku laris di Toko Buku Gramedia yang baru saja ia kunjungi. Ada lingkaran

Rombongan Pertama Ke Neraka

Kebodohan manusia, karena berpotensi menimbulkan masalah, sering dijadikan bahan lelucon oleh orang-orang yang pintar membuat kalimat. Kata Albert Einstein: “Perbedaan antara kebodohan dan jenius adalah jenius ada batasnya.” Dalam kalimat yang sedikit lebih panjang, novelis Prancis Gustave Flaubert merumuskannya seperti ini: “Kebodohan adalah sesuatu yang tak tergoyahkan; kita akan remuk sendiri jika menghajarnya; ia seperti granit, keras dan alot.” Ayatollah Khomeini, dengan otoritasnya sebagai pemimpin spiritual bangsa Iran, pernah menyampaikan bahwa orang-orang bodoh adalah rombongan pertama yang akan masuk neraka karena beberapa alasan. Saya ingat empat hal. Pertama, orang bodoh bisa menyakiti orang lain tanpa menyadari efek dari perbuatannya. Kedua, ketika berbuat salah ia tidak tahu di mana kesalahannya dan tidak mampu memperbaiki diri sendiri karena kebodohannya. Ketiga, jika diberi saran yang baik, ia membantah. Keempat, mudah dikendalikan orang lain untuk membuat keru

Yang Tidak Dikatakan Anies Baswedan di Markas FPI

Anies adalah satu-satunya calon gubernur DKI yang berkarier di bidang akademik. Sylviana Murni juga pernah menjadi dosen, tapi ia calon wakil gubernur, bukan calon gubernur. Ahok dan Agus sama-sama mencicipi pendidikan pascasarjana, tapi hanya Anies yang menekuni karier di bidang akademik. Hanya Anies pula yang meraih gelar Doktor atau PhD, menduduki jabatan rektor di Universitas Paramadina, dan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.  Nalar akademik yang bertahun-tahun digeluti Anies diuji selama proses kampanye Pilkada DKI. Reputasi Anies sebagai seorang terpelajar yang mengajar (bahkan menginisiasi program Indonesia Mengajar) dan peneliti dihadapkan dengan realisme politik yang sama sekali tidak membutuhkan catatan kaki.  Salah satu ujian itu datang saat ia mendatangi markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta. Terutama, justru, karena Anies membuka pidatonya dengan uraian tentang keilmiahan sebuah paper. Ceramah itu kemudian masuk ke soal-soal sejarah, khus

Pemuda Kiri Mendesak Proklamasi

Dalam pelajaran sejarah perjuangan Indoensia yang kita pelajari dikatakan bahwa pada saat menjelang proklamasi terjadi pertentangan antara golongan muda dan golongan tua. Pertentangan yang akhirnya menimbulkan peristiwa penculikan Rengasdengklok. K isah mengenai siapa yang terlibat pada masa itu hingga proklamasi terjadi jarang ditulis secara kengkap. Bacaaan ini menceritakan hal tersebut dengan detail. Catatan:  Bacaan ini tidak dianjurkan bagi orang berpeyakit jantung! Malam hari, 14 Agustus 1945, berita kekalahan Jepang pun sampai ke telinga para pemuda. Radio BBC London pada siang harinya telah mengabarkan soal menyerahnya Jepang kepada pasukan Sekutu di kapal USS Misouri. Kabar itu tetap sampai ke telinga pemuda Indonesia meski tentara Jepang menyita hampir semua radio milik rakyat. Gerakan Antifasis Perlawanan anti Jepang berhasil menyembunyikan sejumlah radio. Kelompok Syahrir, Amir Sjarifoedin, dan lainnya menyembunyikan dengan baik radio-radio tersebut sehingga teta

Arsip Rahasia AS: Hoax Mao Zedong Terlibat G30S

25 April 1966, koran resmi tentara, Angkatan Bersendjata, menerbitkan sebuah artikel yang berisi tuduhan terhadap Partai Komunis Cina (PKC) dan Mao Zedong. Artikel ini menuduh Mao terlibat dalam gerakan penculikan dan pembunuhan elit tentara pada 1 Oktober 1965. Elit tentara yang dinamakan Dewan Jenderal ini diisukan akan mengkudeta Sukarno.  Artikel ini memang hanya satu dari sekian banyak laporan serupa. Namun ia jadi menarik karena jadi artikel pertama yang menuduh Cina dan Mao terlibat.  Paragraf pertama artikel itu dibuka oleh kalimat bombastis, "Berdasarkan fakta, sekarang bisa disebutkan bahwa kudeta Gestapu/PKI direkayasa dan diatur di Peking dalam kerangka revolusi dunia yang disokong oleh Peking." Dikatakan bahwa kudeta tersebut adalah "langkah awal untuk merealisasikan mimpi Mao". Selanjutnya, artikel ini membahas mengapa kesimpulan itu bisa muncul.  Menurut artikel tersebut, rencana kudeta dimulai ketika Aidit datang ke Cina selama delapan