Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Masihkah Kita Percaya Pada Demokrasi?

Terpilihnya Vladimir Putin menjadi presiden Rusia untuk yang keempat kalinya pada Pemilu yang baru lalu semakin menguatkan apatisme kaum anti-demokrasi. Sebelumnya, kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat juga dianggap sebagai contoh nyata paradoks demokrasi. Demokrasi bukan hanya menghasilkan pemimpin jelek, tapi juga bisa melanggengkan mereka untuk terus berkuasa. Contoh paling klasik terhadap paradoks demokrasi adalah kemenangan Partai Nazi di Jerman pada 1932. Lewat Pemilu yang cukup adil dan terbuka, rakyat Jerman memilih partai yang dipimpin seorang yang kemudian terbukti penjahat. Sebuah negara yang melahirkan puluhan filsuf hebat dan belasan komponis besar, bisa menghasilkan manusia begitu keji. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi? Mengapa demokrasi yang dianggap “sistem terbaik dari yang ada” kerap kali terjatuh pada kekeliruan yang sama? Ada banyak penjelasan untuk pertanyaan ini. Para filsuf sejak lama mencurigai demokrasi. Plato salah satunya. Menurutnya, de

Saat Korporasi Menyalakan Harapan

Suatu siang di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Warga, termasuk anak-anak, di salah satu rukun warga perkampungan nelayan, mengantre makanan di sebuah rumah. Mereka menjadi sasaran perbaikan gizi. Ada kisah perjalanan dari para pemilik korporasi, wirausaha sosial, relawan, hingga warga yang menerima makanan tersebut. Sejak pagi, beberapa relawan yang tinggal di wilayah itu telah menyiapkan makanan yang dibawa Foodbank of Indonesia (FoI), salah satu wirausaha sosial. Mereka memanaskan makanan dan susu, kemudian membuat pengumuman dan membagi makanan bagi warga. Mereka terus bekerja hingga semua warga lanjut usia dan anak-anak mendapatkan makanan. Saat kegiatan itu usai, relawan yang semuanya perempuan itu merapikan kembali keranjang dan tempat makanan. ”Puas, sudah selesai. Kami di sini bergotong royong menyediakan makanan yang dibawa Foodbank of Indonesia. Kami sukarela bekerja. Senang rasanya jika semua lansia dan anak-anak telah mendapat makana

Ukuran

Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan, mengomentari cuitan Fadli Zon dengan pertanyaan seperti ini. ”Ukuran keberhasilan yang telah Anda lakukan apa Pak Fadli yang terhormat? Mohon pencerahan. ” Setelah membaca komentar itu, malah saya yang kesetrum. Pertanyaan itu membombardir saya dengan sejuta pertanyaan di kepala. Sebagai Apa ukuran kesuksesan saya sebagai seorang anak? Sebagai seorang kakak? Sebagai seorang adik? Sebagai seorang laki-laki? Sebagai seorang karyawan? Sebagai seorang pimpinan? Sebagai seorang warga negara? Sebagai seorang murid? Sebagai seorang teman? Sebagai seorang tetangga? Sebagai seorang rekan usaha? Sebagai guru? Sebagai polisi? Sebagai politikus? Sebagai pembantu rumah tangga? Dan sejuta sebagai lainnya? Dan mungkin untuk Anda yang telah menikah, pertanyaan bisa jadi bertambah dengan apa ukuran kesuksesan sebagai suami? Sebagai istri? Sebagai ayah? Sebagai ibu? Sebagai orangtua? Sebagai pasangan hidup? Apa ukuran kesuksesan perkawin