Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Managemen

Perubahan Itu Bukan Seperti Aladin

Revolusi industri tengah berjalan di PT Bogasari Flour Mills. Dalam setahun terakhir, proses produksi di pabrik pengolahan terigu di Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu berjalan otomatis terintegrasi komputer. Belum sepenuhnya revolusi industri 4.0, memang. Pabrik yang berdiri pada 1971 itu masih menggunakan mesin era industri 3.0, bahkan 2.0. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Kepala Divisi Bogasari Franciscus Welirang mengatakan, di antara 15 line mesin penggilingan gandum Bogasari, baru 3 line yang tergolong mesin era industri 4.0. "Kalau langsung diganti total belum tentu berjalan," kata Franciscus dalam wawancara khusus dengan Tempo, Rabu tiga pekan lalu. Franky-panggilan pria 66 tahun itu-mendarah daging di Bogasari. Dia memimpin anak usaha PT Indofood Sukses Makmur itu sejak 23 tahun lalu. Menantu pendiri Indofood, Sudono Salim, ini mengatakan penerapan revolusi industri terbaru tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perusahaan, kata dia, harus cerdas mem...

62 Tahun dan Semakin Muda

Dalam beberapa bulan terakhir, saya menghadiri dua acara “kewartawanan dan media cetak” tingkat nasional. Masing-masing dihadiri ratusan “insan media” dari berbagai penjuru Indonesia. Agak “serem” juga rasanya. Kok yang usianya di bawah 35 tahun rasanya cuman saya ya? *** Hari ini (1 Juli 2011), Jawa Pos kembali merayakan ulang tahun. Kali ini ulang tahun ke-62. Kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pembaca, khususnya penggemar berat, harian ini. Tanpa Anda semua, tentu Jawa Pos tidak bisa bertahan sejauh ini, tidak bisa berkembang sejauh ini. Dan kami mengucapkan terima kasih lebih khusus lagi kepada para pembaca muda. Karena Anda-lah yang membuat Jawa Pos menjadi lebih muda di usia ke-62 ini. Lebih muda” Ya. Survei membuktikannya. Menurut data dari Nielsen Media Research di penghujung 2010 lalu, pembaca Jawa Pos benar-benar muda. Jauh lebih muda dari koran-koran utama lain di Indonesia. Saking mudanya, terhitung 51 persen pembaca J...

Belajar dari Kegagalan Si Burung Besi Oranye

Hampir dua bulan ini sejumlah burung besi yang didominasi warna oranye dan berlogo manusia bersayap yang tengah siap terbang itu tidak menyambangi langit biru yang menjadi rute penerbangannya. Ya, sejak 19 Maret 2008 pesawat Adam Air memang tidak mengangkasa, akibat dibekukan izin terbangnya (operation specification). Selain itu, karena banyaknya persoalan yang kini masih dalam penyidikan hukum, Adam Air tinggal mengantongi tiket Airline Operating Certificate (Izin Operasional Terbang) yang terancam akan dicabut jika tiga bulan mendatang belum ada perbaikan atas masalah yang terjadi. Konsumen, regulator, pelaku industri penerbangan, dan karyawan PT Adam Sky Connection Airlanes (Adam Air) menuding persoalan kompleks menjadi biang keladi kejatuhan perusahaan itu. Padahal, kalau kita tengok ke belakang, perkembangan bisnis Adam Air cukup mengesankan. Lihatlah, di awal operasi pada 19 Desember 2003, Adam Air hanya menerbangkan dua pesawat Boeing 737 sewaan dari GE Capital Aviation Ser...

Michael D. Ruslim: Saya Sudah Menolak Jabatan CEO Dua Kali

Michael D. Ruslim dikenal low profile. Ia tak suka banyak bicara. Meski begitu, di bawah kepemimpinannya, Astra terlihat ekspansif memasuki bisnis-bisnis baru. Apa yang melatarbelakanginya? Kepada J.B. Soesetiyo, Genuk Christiastuti, Prananda Herdiawan, dan Houtmand P. Saragih, Kamis (21/9) pagi di kantor pusat Astra di Sunter, Jakarta, Michael bertutur panjang soal ini. Ia didampingi oleh direktur Astra International, Prijono Sugiarto, serta Aminuddin dan Yulian Warman dari Corporate Communication Astra International. Petikannya: Apakah menjadi CEO merupakan impian Anda sejak remaja? Saya tak pernah punya cita-cita luhur. Sewaktu SMA saya bercita-cita jadi pembalap mobil atau gokar. Bukan mau sok beragama, saya Cuma berusaha melakukan yang terbaik, dan biar Allah yang menentukan. Sewaktu menerima jabatan presdir, itu pun bukan karena ambisi, tetapi lantaran saya merasa bertanggung jawab terhadap 118.000 karyawan. Juga jangan sampai Astra dikuasai asing—ini di luar fakta saha...

Gaji Tinggi bukan Segalanya

Ada sebuah pertanyaan yang kadang dirasa membingungkan bagi semua karyawan. Pertanyaan itu adalah manakah yang lebih menjadi prioritas bagi kamu sebagai seorang karyawan, gaji, kedudukan atau susana kerja? Sebagian orang akan langsung berkata pilihannya jelas. Uanglah yang nomor satu. Benarkah semudah itu jawabnya? Sebuah artikel yang didapat dari email ini mungkin bisa memberikan sudut pandang lain. Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata? Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka? Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dia tertarik dan memutuskan untuk bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris. Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologi...

Teori Jendela Pecah

Seiring berjalannya waktu, kadang lingkungan di sekitar kita berkembang menjadi buruk dan semakin memburuk. Pelanggaran ringan hingga berat seperti vandalisme maupun tindak kekerasan menjadi hal yang lumrah. Mengapa hal ini terjadi? Artikel berikut mungkin bisa menjadi acuan untuk mengetahui sebab dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya. Empat orang pemuda ditembak dalam kereta api bawah tanah. Si penembak yang menyerahkan diri seminggu kemudian dielu-elukan masyarakat sebagai pahlawan mereka. Goetz, si penembak itu, dijuluki tabloid-tabloid sebagai "Pengawal Kereta Bawah Tanah" dan "Malaikat Maut Bagi Penjahat". Memang para pemuda yang ditembak itu adalah kelompok berandal pemeras yang sering melakukan kejahatan di kereta api bawah tanah. Tetap saja si penembak tadi dihukum karena melakukan main hakim sendiri. Rakyat marah, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Hukum adalah hukum. Si penembak harus meringkuk dalam penjara. Beberapa tahun ke...

KKG Pasca Jakob

Sekarang kita bicara tentang topik serius. Nama kerennya change management ... Firdanianty Sejak tahun lalu, pucuk pemimpin Kelompok Kompas-Gramedia berganti. Bagaimana CEO baru mengubah kultur lama? Menjelang tutup tahun 2006, Agung Adiprasetiyo bertambah sibuk. Ia bukan hanya bekerja lebih panjang dari hari-hari biasanya, tetapi juga harus mengetahui persis kondisi ke-66 perseroan terbatas (PT) di bawah Kelompok Kompas-Gramedia (KKG). Dalam sehari, paling sedikit rapat dengan 4-5 unit usaha digelarnya. “Satu PT ada yang berisi satu suku usaha, ada pula yang berisi beberapa suku usaha,” katanya menjelaskan. Tak mengherankan bila pria yang telah berkarier 25 tahun di kelompok bisnis ini semakin sibuk. Sejak September 2006 Agung didaulat menjadi CEO menggantikan Jakob Oetama, yang bersama P.K. Ojong mendirikan kerajaan bisnis ini. Barangkali, tak banyak orang tahu tentang pergantian kepemimpinan ini. Maklum, nama Jakob identik dengan KKG -- terutama Kompas. Harian umum yang dibid...