Skip to main content

Posts

Showing posts with the label News

Bau Mawar di Jalan Thamrin

DAHLIA Zein baru selesai melahap makanannya di sebuah restoran Padang di perempatan Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, saat telepon selulernya berdering, Rabu malam, 22 Mei lalu. Ketua Umum Baladhika Indonesia Jaya, organisasi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, tersebut mendapat laporan dari anak buahnya soal kisruh dalam unjuk rasa di sekitar gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum di Jalan M.H. Thamrin, yang berjarak sekitar 300 meter dari posisi Dahlia. "Saya bilang, 'Ya udah, benturin aja. Chaos-in aja sekalian,'" ujar Dahlia kepada Tempo di sebuah kafe di pusat belanja Cilandak Town Square, Sabtu, 1 Juni lalu. Dahlia mengaku kesal karena polisi menyuruh pengunjuk rasa pulang setelah mereka berbuka puasa. Menurut dia, sejumlah anggota Baladhika dari berbagai daerah ikut berunjuk rasa mempersoalkan dugaan kecurangan dalam pemilu presiden. Membantah mengerahkan massa pengunjuk rasa ke Bawaslu, Dahlia mengatakan anak buahnya datang atas inisiati...

Paket Dalam Tas Raket dan Skenario 22 Mei

SEPEKAN sebelum batas akhir penetapan hasil Pemilihan Umum 2019 yang jatuh pada 22 Mei 2019, Soenarko mencak-mencak terhadap Heriansyah, anak buahnya yang bermukim di Aceh. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu menanyakan alasan paket senjata dari Aceh tak kunjung dikirim ke Jakarta, padahal sudah dipesan sejak beberapa bulan sebelumnya. Heriansyah kemudian mengirimkan pesanan tersebut. Tapi, sebelum senapan laras panjang itu sampai ke tangan Soenarko, aparat mencegatnya. Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, senapan dari Aceh itu rencananya digunakan untuk menyerang aparat dan pengunjuk rasa pada 22 Mei di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. "Kalau ada yang tewas, seolah-olah aparat yang melakukan," ujar Tito dalam konferensi pers, 21 Mei lalu. Menurut pengakuan Heriansyah kepada penyidik, perkenalannya dengan Soenarko terjadi ketika pensiunan jenderal bintang dua yang kini berumur 65 tahun itu menjabat Panglima ...

Prabowo, Bertanggung-jawablah!

Kerusuhan yang pecah pada 22 Mei kemarin di Jakarta sedikit-banyak terjadi karena disulut oleh perselisihan di antara dua kubu calon presiden ihwal hasil Pemilihan Umum 2019. Prabowo Subianto menolak hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan Joko Widodo dan menuduh telah terjadi kecurangan dalam pemilihan presiden itu. Sikap Prabowo jelas menunjukkan bahwa dia tidak siap kalah. Kubu Prabowo malah terus melontarkan tudingan yang hendak mendeligitimasi pemilu. Mereka menuduh sejumlah anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara meninggal karena diracun. Padahal hasil audit medis oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyebab kematian para petugas adalah berbagai penyakit. Mereka menyalahkan banyak data salah input dalam sistem informasi penghitungan suara KPU, padahal sistem itu hanya alat kontrol dan informasi untuk masyarakat. Penghitungan sebenarnya tetap didasarkan pada rekapitulasi berjenjang. Mereka juga menilai Mahkamah Konstitusi tak dapat dip...

225

Apa yang terjadi di Jakarta pada 22 Mei alias 225 nanti? Kalau tidak ada sesuatu yang gawat dari alam, di gedung Komisi Pemilihan Umum akan banyak orang berkumpul. Ribuan polisi berjaga-jaga dan lebih banyak lagi orang berseliweran di sana. Hari itu, KPU mengumumkan hasil pemilu, terutama yang ditunggu adalah siapa yang memenangi pemilihan presiden. Meski saya bisa menduga siapa pemenangnya, tapi karena saya bukan peramal, tidak baik mendahului titah Tuhan. Perlu berandai-andai. Lalu, andai pemenangnya adalah pasangan Prabowo-Sandiaga, banyak orang akan bersujud syukur. Pendukung Jokowi-Ma'ruf besar kemungkinan akan menggugat keputusan ini ke Mahkamah Konstitusi. Ini jalur hukum yang sah sesuai dengan Pasal 475 Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. Namun, andai yang menang pasangan Jokowi-Ma'ruf, pasti pendukung Prabowo-Sandiaga akan kecewa banget. Mereka sudah mimpi menang 62 persen (kebetulan sama dengan kode telepon negeri ini) meski kemudian direvisi menjadi 54 ...

Propaganda Kecurangan Pemilu

Segala propaganda untuk mendelegitimasi hasil Pemilihan Umum 2019 perlu segera diakhiri. Tudingan tanpa bukti tentang kecurangan yang disampaikan berulang-ulang bisa menggerus kepercayaan publik atas hasil pemilu. Sikap yang tidak sportif, bahkan kotor, itu akan membahayakan demokrasi. Propaganda tersebut dimulai dengan menyerang lembaga yang melakukan hitung cepat (quick count) hasil pemilu. Kubu pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menyerukan agar masyarakat tak mempercayai semua hasil hitung cepat yang mengunggulkan pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Seruan seperti itu jelas aneh sekaligus membodohi masyarakat. Di banyak negara, quick count justru merupakan alat kontrol hasil pemilu. Kubu oposisi atau penantang biasanya memakai hitung cepat untuk mengantisipasi kecurangan penghitungan suara oleh penyelenggara pemilu. Sebab, sepanjang memakai metode ilmiah yang benar, hasil hitung cepat telah terbukti 99...

Presiden Jakarta Selatan

MENGANCIK pukul tiga sore pada hari pencoblosan 17 April, wajah tetamu di rumah peninggalan orang tua Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, terlihat lesu. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Djoko Santoso, dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais menekuk muka. Mereka menatap satu-satunya layar televisi yang menampilkan saluran TV One di ruang tengah itu. Saluran tersebut mulai menayangkan hasil hitung cepat pemilihan presiden 2019 oleh sejumlah lembaga survei. Salah satunya Indikator Politik Indonesia, yang menunjukkan perolehan suara Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 55,97 persen dan Prabowo-Sandiaga 44,03 persen. Waktu itu, data yang masuk belum separuhnya. Amien Rais membuka suara. Menurut Amien, peluang menang kian tipis jika selisih suara kian tebal. "Bisa kalah kita kalau lebih dari 10 persen," ujarnya. Ia membalikkan badan, lalu masuk ke ruang kerja Prabowo. Di dalam ruangan, Pr...

Kecelakaan AirAsia 8501 : Tidak Hanya Kesalahan Pilot

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membuka kembali duka yang ada.  Hal yang terpenting adalah bagaimana kita belajar bahwa apa pun profesi Anda, berapa banyak pengalaman Anda, pastikan Anda bertanggung jawab dan tahu akibat yang mungkin timbul atas tindakan itu. Kesalahan yang dirasa kecil ternyata bisa berakibat bencana yang besar. Untuk yang malas membaca, silakan  klik link ini untuk melihat videonya.. Oleh : Les Abend Saat ini, jauh lebih mudah untuk menimpakan kesalahan pada awak pesawat terbang yang mengalami kecelakaan daripada mempertimbangkan banyak faktor lainnya. Kesalahan pilot adalah istilah yang mudah dipakai dalam memahami penyebab tragedi karena kita semua bisa memahami bahwa manusia bisa berbuat salah. Namun dalam kasus AirAsia 8501, ada banyak hal yang berperan sebagai penyebab kecelakaan di Laut Jawa yang menewaskan 162 orang pada bulan Desember 2014. Pertama, penting untuk memahami urutan kejadian sebagai penyebab kecelakaan ini : 1. Kegag...

Kritik ⁠⁠⁠⁠⁠Eros Djarot untuk 'Saya Pancasila'

Tagline 'Saya Pancasila, Saya Indonesia' menggema pada peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu. Ada kritik terselip dari penggunaan frasa tersebut. Kritik itu dilontarkan oleh tokoh budayawan dan juga politikus, Eros Djarot. Eros menyoroti mengenai penyamaan kata 'Saya' dan 'Pancasila' yang menurutnya tidak tepat. "Ketika Pancasila dilembagakan pada diri orang per orang, maka kedudukannya sebagai ideologi-dasar negara dan pendangan hidup bangsa menjadi tereduksi sampai ke titik nadir," kata Eros dalam pernyataanya, Minggu (4/6/2017). Menurut Eros, Pancasila tak bisa disamakan begitu saja dengan orang per orang. Dia memberi contoh, orang yang mendeklarasikan 'saya Pancasila' bisa saja suatu waktu memiliki masalah dengan hukum. Pancasila sebagai ideologi negara tentu saja tidak boleh terseret-seret. "Bayangkan ketika si A yg kebetulan seorang pejabat negara yg dengan gagah menepuk dada dan lantang menyatakan secara ...

Kode Beras dan Sepotong Gorong-gorong

Berhubung artikelnya puaanjang buangeeeeeet, langsung dibaca sendiri ya... Bagi Pepi Fernando, Gereja Christ Cathedral di Kompleks Summarecon Serpong, Tangerang Selatan, Banten, sungguh menarik hati. Gereja Protestan ini berdiri megah, mampu menampung 3.000-an anggota jemaat. Di gorong-gorong depan gereja, melintas pipa gas-terlihat dari patok-patok penanda berwarna kuning. Jalur gas terlihat menyeberangi Sungai Cisadane, di sebelah kanan gereja. Di terik siang akhir pekan pada awal April lalu, Pepi-dicokok polisi Kamis dua pekan lalu karena dituding memimpin jaringan penebar teror bom buku-dan temannya sejak kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Hendi Suhartono alias Jokaw, mengamati-amati gereja. Berboncengan menggunakan Yamaha Mio dari rumah Jokaw di Gunung Sindur, Bogor-sekitar 20 kilometer menuju Serpong-mereka menyigi target pengeboman. "Nama gereja saya peroleh dari Internet," kata Pepi kepada polisi seperti dikisahkan sumber Tempo. Siang itu...

30 September

30 September 1965. Tanggal yang selalu dikenang sebagai salah satu hari kelam dalam sejarah Indonesia. 45 tahun berlalu namun masih banyak kontroversi yang mengiringi peristiwa yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September itu. Desember tahun lalu, ketika sejarawan masih berdebat mengenai latar belakang dan siapa yang menjadi dalang peristiwa tersebut, dalam laporan akhir tahunnya, Kejaksaan Agung melarang buku berjudul Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto karangan John Roosa. Pelarangan ini sempat menjadi perdebatan, setelah lebih 10 tahun bangsa kita menjalani babak baru dalam hal kebebasan berpendapat. Saat ini, saya tidak mengajak Anda berpolemik mengenai pendapat siapa yang benar dalam peristiwa tersebut. Namun saya yakin bahwa untuk menyusun sejarah harus diungkap dengan semua bukti dan fakta yang ada. Biarlah para sejarawan yang menentukan peristiwa versi mana yang paling benar sehingga ke depan, kita bisa belajar dari semua kejadian pernah kita alami...

Luar Biasa

Artikel ini dikutip dari Majalah Mingguan Hidup No 37, 12 September 2010. Terus terang saya bingung harus menuliskan apa sebagai pengantar Anda membaca artikel ini. Satu hal yang perlu Anda diketahui bahwa artikel ini terbit sebelum kejadian di Ciketing terjadi. Satu peristiwa yang akhirnya membuka mata kita semua akan realitas yang ada di negara yang hingga saat ini membanggakan kebhinnekaan dan ke-Tuhanan. Salam. Angka statistik manapun mudah untuk menunjuk bahwa dalam himpunan beberapa bulan terakhir ini gangguan, serangan, pembatalan ijin terhadap sejumlah rumah ibadat kelompok Kristen dan Katolik di wilayah Jabotabek meningkat dengan pesat. Tentu kita tidak gembira dengan angka statistik ini. Justru sebaliknya, kita makin prihatin bahwa kewajiban untuk melaksanakan Sila Pertama dari Pancasila "KeTuhanan Yang Maha Esa", mendapat tentangan justru dari mereka-mereka yang sehurusnya juga mengamalkan sila yang sama. Mungkin saja banyak pihak tak lagi merasa terikat denga...

MA: Segala Bentuk Kehilangan di Tempat Parkir Harus Diganti Pengelola

Berita dari koran Jawa Pos hari ini . Cuma yang jadi pertanyaan, bagaimana kalo pengelolanya preman kampung seperti banyak di minimarket-minimarket? Mau nuntut ke mana? Wong kalo ditanya karcis saja langsung pasang tampang mau bunuh orang ...  JAKARTA - Pengelola parkir tidak bisa lagi sewenang-wenang menolak permintaan ganti rugi atas kendaraan atau barang yang hilang. Sebab, putusan Mahkamah Agung (MA) menyebutkan, segala bentuk kehilangan yang terjadi di tempat parkir harus diganti oleh pengelola. Hal itu terungkap dari putusan peninjauan kembali (PK) MA yang menolak kasasi yang diajukan PT Securindo Packatama Indonesia (SPI), pengelola Secure Parking. Putusan PK Nomor 124/PK/PDT/2007 itu berarti memenangkan Anny R. Gultom, tergugat sekaligus konsumen yang merasa dirugikan SPI. ''Keputusan ini sudah final dan mengikat,'' kata Kasubag Humas dan Profesi MA Andri Tristianto Sutrisna di gedung MA kemarin (27/7). Majelis hakim PK diketuai Timur P. Manurung dengan h...

Fuel Surcharge Penerbangan Menipu Konsumen

Nasionalisme sih boleh saja, tapi kalo membaca artikel di bawah ini, sebenarnya yang gak nasinalisme itu sapa seh??? Teganya teganya oh teganya... Lebaran telah usai dan hampir seluruh penduduk perkotaan sudah kembali ke tempat tinggal sekaligus tempat mencari nafkahnya. Operator penerbangan usai berpesta dan sekarang tinggal menghitung keuntungan selama H-7 sampai H+7. Meski harga tiket melambung tetap saja dikejar konsumen demi berlebaran di kampung halaman. Konsumen tidak peduli bahwa dirinya tengah diperdaya oleh operator penerbangan selm ini melalui pembebanan fuel surcharge (FS) pada setiap rute penerbangan dengan besaran yang mencekik leher. FS adalah komponen tambahan biaya dalam industri penerbangan yang diizinkan oleh Pemerintah dan harus dibayar konsumen di luar harga tiket. FS diterapkan oleh maskapai penerbangan atas izin Pemerintah c.q. Departemen Perhubungan sebagai upaya untuk menutup biaya yang muncul sebagai akibat dari kenaikan harga avtur. Patut diduga maskapa...