Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Politik

Apa Itu Marxisme yang Diperbolehkan Menristekdikti untuk Dikaji?

Dua mahasiswa di Probolinggo, Jawa timur, ditangkap polisi karena membawa buku bertemakan komunisme, Sabtu (27/7) . Peristiwa itu bermula saat keduanya membawa buku biografi ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit,  untuk perpustakaan jalanan di Alun-alun Kraksaan.  Kedua mahasiswa itu adalah Muntasir Billah (24) dan Saiful Anwar (25). Mereka tergabung dalam komunitas Vespa Literasi. Yakni, sebuah komunitas yang rutin menggelar perpustakaan jalanan setiap Sabtu malam.  Berdasarkan keterangan Polsek Kraksaan, petugas menyita empat judul buku dari lapak baca mereka, yakni ‘Dua Wajah Dipa Nusantara’, ‘Menempuh Djalan Rakjat D.N AIDIT’, ‘Sukarno Marxisme & Leninisme’, dan ‘D.N Aidit: Sebuah Biografi Ringkas.  Penangkapan keduanya pun menimbulkan polemik. Sejumlah pihak menilai polisi tak seharusnya menangkap dua mahasiswa tersebut. Itu karena, Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2010 memutuskan pelarangan buku harus melewati proses pengadilan.  Kala itu, MK men...

Agama Itu Candu

" RELIGION is the opium for the people ". Agama itu candu bagi masyarakat. Pendapat Karl Marx yang ditulis pada 1843 ini telah mengundang polemik, pro-kontra. Aslinya ditulis dalam bahasa Jerman: Die Religion istdas Opium des Volkes . Jika tidak membaca teks aslinya dalam formatnya yang utuh, pembaca akan mudah salah paham, apakah sesungguhnya yang dia maksudkan dengan ungkapan itu. Dalam paragraf yang lebih utuh dituliskan: Religion is the sigh of the oppressed culture, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people . Agama adalah desah hidup masyarakat dalam dunia yang tertindas, yang tak lagi punya jiwa. Dalam kondisi demikian, agama bagaikan candu yang bisa meringankan beban dan derita hidup. Ketika kebahagiaan hidup dalam dunia yang nyata sudah terampas, agama adalah hiburan dan pelarian terakhir. Dalam agama, seseorang menemukan harapan akan kebahagiaan dan keadilan yang datang dari Tuhan pada dunia spiritual, meskipun...

Tulisan [6] | Apakah Agama adalah Candu Masyarakat

Karl Marx adalah seorang filsuf Jerman yang berusaha memeriksa agama dari perspektif objektif dan ilmiah. Analisis dan kritik Marx terhadap agama "Agama adalah candu Misa" ( "Die Religion ist das Opium des Volkesis" ) mungkin merupakan salah satu yang paling terkenal dan paling banyak dikutip oleh teis dan ateis. Sayangnya, sebagian besar dari mereka yang melakukan kutipan tidak benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh Marx, mungkin karena pemahaman yang tidak lengkap tentang teori-teori umum Marx tentang ekonomi dan masyarakat. Banyak orang di berbagai bidang memperhatikan bagaimana menjelaskan agama asal usulnya, perkembangannya, dan bahkan kegigihannya dalam masyarakat modern. Sebelum abad ke-18, sebagian besar jawaban dibingkai dalam istilah teologis dan religius murni, dengan asumsi kebenaran wahyu Kristen dan berjalan dari sana. Namun sepanjang abad ke-18 dan 19, suatu pendekatan yang lebih "naturalistik" dikembangkan. Sebenarnya Marx tid...

Bau Mawar di Jalan Thamrin

DAHLIA Zein baru selesai melahap makanannya di sebuah restoran Padang di perempatan Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, saat telepon selulernya berdering, Rabu malam, 22 Mei lalu. Ketua Umum Baladhika Indonesia Jaya, organisasi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, tersebut mendapat laporan dari anak buahnya soal kisruh dalam unjuk rasa di sekitar gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum di Jalan M.H. Thamrin, yang berjarak sekitar 300 meter dari posisi Dahlia. "Saya bilang, 'Ya udah, benturin aja. Chaos-in aja sekalian,'" ujar Dahlia kepada Tempo di sebuah kafe di pusat belanja Cilandak Town Square, Sabtu, 1 Juni lalu. Dahlia mengaku kesal karena polisi menyuruh pengunjuk rasa pulang setelah mereka berbuka puasa. Menurut dia, sejumlah anggota Baladhika dari berbagai daerah ikut berunjuk rasa mempersoalkan dugaan kecurangan dalam pemilu presiden. Membantah mengerahkan massa pengunjuk rasa ke Bawaslu, Dahlia mengatakan anak buahnya datang atas inisiati...

Betul, Sukarno Penggali Pancasila

Selama pemerintahan Orde Baru sengaja direkayasa sejarah lahirnya Pancasila. Hal ini bertalian dengan strategi pengendalian sejarah dengan mengecilkan jasa Sukarno dan melebih-lebihkan peran Soeharto. Dalam kaitan 1 Juni 1945 saat Sukarno  berpidato tentang dasar negara yang dinamai Pancasila dikatakan, Mohammad Yamin berpidato sebelum Bung Karno. Soepomo telah menguraikan dasar negara. Bahkan, pada buku-buku sejarah yang digunakan di sekolah diajarkan, Pancasila merupakan karya seluruh bangsa Indonesia sejak zaman purbakala sampai sekarang. Sejak 1 Juni 1970 Kopkamtib melarang peringatan lahirnya Pancasila. Tanggal 22 Juni 1970, Presiden Sukarno wafat. Sejarawan Perancis, Jacques Leclerc, menyatakan, pada dasarnya Bung Karno "dibunuh dua kali." Berstatus "tahanan rumah" tetapi tak dirawat sehingga kesehatannya memburuk lalu meninggal dan pemikirannya dilarang didiskusikan. Kontroversi lahirnya Pancasila dimulai awal Orde Baru dengan terbitnya buku Nugr...

Paket Dalam Tas Raket dan Skenario 22 Mei

SEPEKAN sebelum batas akhir penetapan hasil Pemilihan Umum 2019 yang jatuh pada 22 Mei 2019, Soenarko mencak-mencak terhadap Heriansyah, anak buahnya yang bermukim di Aceh. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu menanyakan alasan paket senjata dari Aceh tak kunjung dikirim ke Jakarta, padahal sudah dipesan sejak beberapa bulan sebelumnya. Heriansyah kemudian mengirimkan pesanan tersebut. Tapi, sebelum senapan laras panjang itu sampai ke tangan Soenarko, aparat mencegatnya. Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, senapan dari Aceh itu rencananya digunakan untuk menyerang aparat dan pengunjuk rasa pada 22 Mei di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. "Kalau ada yang tewas, seolah-olah aparat yang melakukan," ujar Tito dalam konferensi pers, 21 Mei lalu. Menurut pengakuan Heriansyah kepada penyidik, perkenalannya dengan Soenarko terjadi ketika pensiunan jenderal bintang dua yang kini berumur 65 tahun itu menjabat Panglima ...

Prabowo, Bertanggung-jawablah!

Kerusuhan yang pecah pada 22 Mei kemarin di Jakarta sedikit-banyak terjadi karena disulut oleh perselisihan di antara dua kubu calon presiden ihwal hasil Pemilihan Umum 2019. Prabowo Subianto menolak hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan Joko Widodo dan menuduh telah terjadi kecurangan dalam pemilihan presiden itu. Sikap Prabowo jelas menunjukkan bahwa dia tidak siap kalah. Kubu Prabowo malah terus melontarkan tudingan yang hendak mendeligitimasi pemilu. Mereka menuduh sejumlah anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara meninggal karena diracun. Padahal hasil audit medis oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyebab kematian para petugas adalah berbagai penyakit. Mereka menyalahkan banyak data salah input dalam sistem informasi penghitungan suara KPU, padahal sistem itu hanya alat kontrol dan informasi untuk masyarakat. Penghitungan sebenarnya tetap didasarkan pada rekapitulasi berjenjang. Mereka juga menilai Mahkamah Konstitusi tak dapat dip...

225

Apa yang terjadi di Jakarta pada 22 Mei alias 225 nanti? Kalau tidak ada sesuatu yang gawat dari alam, di gedung Komisi Pemilihan Umum akan banyak orang berkumpul. Ribuan polisi berjaga-jaga dan lebih banyak lagi orang berseliweran di sana. Hari itu, KPU mengumumkan hasil pemilu, terutama yang ditunggu adalah siapa yang memenangi pemilihan presiden. Meski saya bisa menduga siapa pemenangnya, tapi karena saya bukan peramal, tidak baik mendahului titah Tuhan. Perlu berandai-andai. Lalu, andai pemenangnya adalah pasangan Prabowo-Sandiaga, banyak orang akan bersujud syukur. Pendukung Jokowi-Ma'ruf besar kemungkinan akan menggugat keputusan ini ke Mahkamah Konstitusi. Ini jalur hukum yang sah sesuai dengan Pasal 475 Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. Namun, andai yang menang pasangan Jokowi-Ma'ruf, pasti pendukung Prabowo-Sandiaga akan kecewa banget. Mereka sudah mimpi menang 62 persen (kebetulan sama dengan kode telepon negeri ini) meski kemudian direvisi menjadi 54 ...

Propaganda Kecurangan Pemilu

Segala propaganda untuk mendelegitimasi hasil Pemilihan Umum 2019 perlu segera diakhiri. Tudingan tanpa bukti tentang kecurangan yang disampaikan berulang-ulang bisa menggerus kepercayaan publik atas hasil pemilu. Sikap yang tidak sportif, bahkan kotor, itu akan membahayakan demokrasi. Propaganda tersebut dimulai dengan menyerang lembaga yang melakukan hitung cepat (quick count) hasil pemilu. Kubu pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menyerukan agar masyarakat tak mempercayai semua hasil hitung cepat yang mengunggulkan pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Seruan seperti itu jelas aneh sekaligus membodohi masyarakat. Di banyak negara, quick count justru merupakan alat kontrol hasil pemilu. Kubu oposisi atau penantang biasanya memakai hitung cepat untuk mengantisipasi kecurangan penghitungan suara oleh penyelenggara pemilu. Sebab, sepanjang memakai metode ilmiah yang benar, hasil hitung cepat telah terbukti 99...

Presiden Jakarta Selatan

MENGANCIK pukul tiga sore pada hari pencoblosan 17 April, wajah tetamu di rumah peninggalan orang tua Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, terlihat lesu. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Djoko Santoso, dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais menekuk muka. Mereka menatap satu-satunya layar televisi yang menampilkan saluran TV One di ruang tengah itu. Saluran tersebut mulai menayangkan hasil hitung cepat pemilihan presiden 2019 oleh sejumlah lembaga survei. Salah satunya Indikator Politik Indonesia, yang menunjukkan perolehan suara Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 55,97 persen dan Prabowo-Sandiaga 44,03 persen. Waktu itu, data yang masuk belum separuhnya. Amien Rais membuka suara. Menurut Amien, peluang menang kian tipis jika selisih suara kian tebal. "Bisa kalah kita kalau lebih dari 10 persen," ujarnya. Ia membalikkan badan, lalu masuk ke ruang kerja Prabowo. Di dalam ruangan, Pr...