Skip to main content

Pesan Kemanusiaan Paus Fransiskus di Timur-Tengah

Jakarta - Paus Fransiskus Asisi melakukan kunjungan bersejarah ke Timur-Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Semua kunjungannya mempunyai nilai historis, religius, bahkan humanis. Teranyar, Paus Fransiskus berkunjung ke Irak dan bertemu dengan Ayatullah Ali Sistani, Pimpinan Spiritual Tertinggi Syiah Irak yang bermukim di Najaf.


Dua sosok itu menampilkan wajah agama yang substantif. Meskipun keduanya berasal dari dua agama dan keyakinan yang berbeda, tetapi keduanya berjumpa dalam satu titik, yaitu kemanusiaan. Mata airnya adalah Imam Ali bin Abi Thalib yang masyhur dengan ungkapan emasnya, "Manusia itu ada dua macam. Ia bersaudara dalam satu agama yang sama atau ia bersaudara sesama manusia, ciptaan Tuhan."


Jauh sebelum kunjungan bersejarah ini, pada 2017, Paus Fransiskus juga berkunjung ke Mesir berjumpa Imam Besar al-Azhar, Syaikh Ahmed al-Tayyeb. Kunjungan tersebut menandai kerjasama lintas iman yang diinisiasi al-Azhar dan Vatikan. Kedua poros institusi keagamaan terbesar di dunia ini telah mencapai titik mufakat, bahwa dialog merupakan jalan emas untuk membangun peradaban kemanusiaan.


Kebhinnekaan dan perbedaan agama merupakan sebuah keniscayaan, sebagaimana dikonfirmasi dalam kitab-kitab suci, khususnya al-Quran dan Alkitab. Semua yang ada di muka bumi, khususnya agama-agama merupakan rahmat Tuhan kepada umat-Nya agar senantiasa memancarkan ajaran-Nya ke seantero dunia. Di dalam al-Quran disebutkan, jika Tuhan mau, maka tidak sulit bagi-Nya untuk menciptakan satu agama saja di muka bumi ini. Tetapi Tuhan telah menakdirkan kita semua meyakini agama dan keyakinan yang berbeda-beda (QS. Hud: 118).


Setelah kunjungan ke al-Azhar, Paus Fransiskus Asisi dibalas dengan kunjungan serupa oleh Imam Besar al-Azhar, Syaikh Ahmed al-Tayyeb ke Vatikan dengan pesan utama agar umat agama-agama dapat menjadi faktor pencerahan umat dalam memerangi terorisme dan kekerasan yang kerap mengatasnamakan agama. Kedua sosok sentral dalam Islam dan Katolik itu berpelukan sebagai simbol persahabatan dan persaudaraan yang kokoh.


Tidak hanya berhenti di situ saja, keduanya menandatangani Piagam Persaudaraan Umat Manusia se-Dunia yang saat ini terus dirayakan oleh kedua institusi tersebut di Abu Dhabi pada tahun 2019 lalu. Forum spektakuler itu dihadiri oleh 400 tokoh agama dari berbagai belahan dunia. Vatikan dan al-Azhar menyepakati pentingnya bahasa kemanusiaan menjadi instrumen untuk membangun kehidupan yang lebih damai di masa mendatang. Paus Fransiskus Asisi juga melakukan misa terbesar di Timur-Tengah.


Bulan lalu, kami para alumni al-Azhar di Indonesia merayakan Hari Piagam Persaudaraan Umat Manusia se-Dunia itu untuk menyalakan api persaudaraan di antara umat agama-agama agar hidup ini dipenuh dengan toleransi dan perdamaian. Kesepakatan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar al-Azhar harus menjadi guidance dalam rangka membangun peradaban kemanusiaan di tengah ancaman konflik dan kekerasan atas nama agama.


Perhatian Paus Fransiskus terhadap kawasan Timur-Tengah bukan tanpa alasan. Sebab dalam beberapa dekade terakhir, Timur-Tengah yang dikenal sebagai tanah kelahiran para Nabi dan orang-orang suci itu selalu tidak pernah sepi dari perang, perpecahan, konflik, dan kekerasan, yang sedihnya kerap mengatasnamakan agama. Konflik tidak hanya terjadi di antara umat agama-agama, melainkan juga terjadi di antara umat seagama dan sesama warga bangsa. Lihat konflik di Yaman, Libya, dan Suriah. Semuanya merupakan tragedi kemanusiaan yang sulit dinalar, kenapa konflik itu terjadi menyejarah, bertahun-tahun tanpa solusi.

Dalam konteks tersebut, Paus Fransiskus menggarisbawahi pentingnya kemanusiaan sebagai bahasa yang dapat menyadarkan sebagian besar umat agama-agama di Timur-Tengah. Sebab tidak ada kebaikan dalam konflik dan kekerasan. Timur-Tengah yang dikaruniai Tuhan dengan kekayaan melimpah, tetapi mereka tidak bisa menjamin tumbuh suburnya nilai-nilai kemanusiaan. Padahal mereka mempunyai agama dan Nabi yang sejak lama menyalakan obor perdamaian dan keadilan.


Istimewanya, Paus Fransiskus tidak hanya membangun dialog dengan al-Azhar yang dikenal sebagai benteng kaum Sunni. Ia juga melakukan dialog dengan Imam kaum Syiah dalam lawatannya yang terakhir. Secara implisit, Paus Fransiskus ingin membukakan hati kita, bahwa persaudaraan sejatinya dibangun kepada siapapun, tidak memandang kelompok, mazhab, dan keyakinannya. Kita harus adil sejak dalam pikiran dan hati nurani.


Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia di muka bumi, karena kita berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya yang tidak mempunyai akal budi. Kita mempunyai hati nurani yang bisa menjadi kompas untuk membedakan baik dan buruk, maslahat dan mudarat. Namun, sayang seribu sayang, kita kerap kali terjerumus dalam hubungan konflik dan kekerasan, karena fanatisme dan egoisme yang berlebihan, yang kemudian menjadikan kita seolah-olah harus bermusuh-musuhan secara permanen. Padahal kita semua bersaudara. Kita adalah manusia, yang dimuliakan Tuhan.


Pesan kemanusiaan yang diinisiasi Paus Fransiskus dan disambut baik oleh kedua tokoh sentral Muslim, Imam Besar al-Azhar di Mesir, Syaikh Ahmed al-Tayyeb dan Imam Besar Syiah di Irak, Ayatullah Ali Sistani di Irak akan menjadi terobosan dan inspirasi dunia, bahwa kita mempunyai tanggungjawab sejarah dan tanggungjawab peradaban untuk mewarisi nilai-nilai kemanusiaan kepada siapapun. Yang mempertemukan dan mendekatkan kita semua dalam hakikat kita sebagai manusia, ciptaan Tuhan.


Tuhan menghendaki kita semua menjadi duta-duta toleransi dan perdamaian di mana pun kita berada dan hidup. Timur-Tengah dan dunia, termasuk kita di negeri ini harus kembali ke jalan yang benar, khitah kemanusiaan kita. Kita harus meninggalkan dan menanggalkan berbagai ambisi kekuasaan dan kerakusan hidup yang sudah menjadikan hidup ini menderita. Sejak lama, Timur-Tengah luluh lantak akibat konflik, perang, dan kekerasan. Saatnya Timur-Tengah menyambut seruan Paus Fransiskus bersama Imam Besar al-Azhar di Mesir dan Imam Besar Syiah di Irak untuk menyemai nilai-nilai kemanusiaan demi tegaknya peradaban kemanusiaan.


Zuhairi Misrawi cendekiawan muslim, kader NU, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di Middle East Institute Jakarta


Sumber : detik.com

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Utara

Kalo di artikel sebelumnya kita bicara soal jalur selatan Kereta Api di Jawa, kali ini kita akan membahas mengenai jalur utara. Di jalur utara ini melintas kereta Argo Bromo Anggrek. Kereta ini dikenal sebagai raja di antara semua kereta api yang ada di Indonesia. Disebut raja karena ketika kereta api ini lewat, baik dari berlawanan arah atau arah yang sama, semua kereta akan berhenti untuk memberinya kesempatan berjalan terlebih dahulu. Mau tahu lintasan yang dilaluinya? Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian menggunakan jalur utara (dari Gambir sampai dengan Surabaya Pasar Turi). Stasiun yang dicetak dengan huruf besar termasuk kategori staiun besar. GAMBIR Gondangdia Cikini Manggarai JATINEGARA Cipinang Klender Klender Baru Cakung Rawa Bebek Kranji BEKASI Tambun Cibitung Cikarang Lemah Abang Tanjung Baru Kedung Gedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasep Pasir Bungur Cikaum Pagaden Baru Cipunegara Haurg

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Selatan

Kita mungkin kenal dengan Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, Surabaya. Ya, semua itu adalah nama kota di Jawa. Tapi tahukah Kaliwedi, Butuh, Luwung Gajah, Kemiri, Bagor? Saya yakin tidak semua orang mengenalnya. Jika Anda sering bepergian dengan Kereta Api melewati jalur selatan maka Anda akan menemukan stasiun dengan nama di atas. Dengan mengetahui perkiraan letaknya maka Anda bisa mengetahui posisi Anda sedang berada di dekat kota mana. Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian melalui jalur selatan (dari Pasar Senen sampai dengan Surabaya Gubeng). Stasiun yang dicetak tebak terbasuk kategori stasiun besar. Tut tut tut ... PASAR SENEN Gangsentiong Kramat Pondok Jati JATINEGARA Cipinang Klender Buaran Klender Baru Cakung Rawabebek Kranji BEKASI Bekasi Timur Tambun Cibitung Telaga Murni Cikarang Lemahabang Kedunggedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasap Pasirbungur Cikaum Pagaden B

Nyanyian Rindu Untuk Ibu - Ebiet G Ade

Tubuhmu yang terbungkuk tersandar lemah di kursi kayu tua jemari kurus terkulai menggenggam pena engkau goresan sajak sisa rambutmu perak tinggal sengeggam terbaca pahit kerasnya perjalanan nampakanya ingin kau tumpahkan seluruhnya di dalam puisi Dari alis matamu terbentuk garis guratan kokoh jiwa angin yang deras menghempas tak kau hiraukan batinmu kuat bertahan meskipun raga semakin rapuh tak pernah risau selalu tersimpul senyum sepantasnya kujadikan suri teladan potret perjuangan Oh-oh, ibu, ada yang ingin kutanyakan padamu hasil panen kemarin sesubur panenan yang kita petik bersama Oh-oh, ibu, apa kabar sawah kita sepetak masih bisakah kita tanami atau terendam ditelan zaman Setelah cucumu lahir aku lebih faham betapa beratnya membesarkan dan setia melindungi semua anak-anakmu kita yang selalu hidup sederhana kau sanggup mengasuh hingga kami dewasa dengarkankah nyanyian yang aku peruntukkan buatmu ibu....