Skip to main content

Banjir terbesar sejak 1966

Solo (Espos) - Hujan deras yang turun di wilayah Kota Solo sejak Selasa (25/12) malam hingga Rabu (26/12), mengakibatkan Sungai Bengawan Solo meluap, dan menggenangi 12 kelurahan di tiga kecamatan, yaitu di Serengan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Belum ada laporan korban jiwa hingga berita ini diturunkan. Namun data sementara Posko Induk Penanganan Bencana menyebutkan, sedikitnya 6.616 kepala keluarga (KK) atau 20.828 jiwa menjadi korban banjir kali ini.

Mereka dari Kelurahan Jebres, Sudiroprajan, Pucangsawit, Sewu, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Semanggi, Kedunglumbu, Joyosuran, Pasar Kliwon, dan Joyotakan. Salah seorang warga, yaitu Ketua RW X Sangkrah, Sukono mengatakan, air mulai menggenangi rumah warga sekitar pukul 03.00 WIB dan pukul 04.00 WIB ketinggian air sudah mencapai 1 meter. Tidak ada kesempatan bagi warga untuk mengevakuasi harta bendanya.

Berdasarkan pantauan Espos, sejak pagi personel dari Dalmas, TNI, dan tim SAR sudah berdatangan. Mereka membantu mengevakuasi warga dengan menggunakan perahu karet. Sementara itu, untuk mencegah luapan air Sungai Bengawan Solo masuk ke dalam Kota Solo melalui Kali Pepe, pintu air Demangan, Sangkrah ditutup sejak pukul 04.00 WIB. Pasalnya, ketinggian air di bagian luar (sebelah timur pintu air- red) lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian di dalam pintu (sebelah barat pintu air - red).

Kasubdin Drainase Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Budi Santoso, Rabu pagi ketinggian air di bagian dalam mencapai 5 meter. Sementara di bagian luar ketinggiannya sudah mencapai 6,5 meter. ”Kalau pintu air tersebut dibuka, maka air akan langsung mengalir ke arah barat dan membanjiri kota,” ungkap Budi.


Talut jebol
Salah satu wilayah yang cukup parah diterjang banjur adalah Kelurahan Joyotakan, yaitu di RW III, IV, V, dan VI. Banjir terparah terjadi di RW V dan RW VI lantaran talut Sungai Wingko yang selama ini sudah retak mendadak jebol pada pukul 06.00 WIB. Banyak warga yang belum sempat menyelamatkan harta benda mereka saat talut tiba-tiba jebol.

Bahkan banyak keluarga yang terpisah lantaran masing-masing orang sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Di sepanjang RW V, tinggi air mencapai satu meter lebih. Sementara di lokasi sekitar talut ketinggian air sudah mencapai dua meter. Untuk membantu warga menyelamatkan diri, hingga pukul 08.00 WIB, kurang lebih ada empat perahu karet yang digunakan Tim SAR maupun TNI mengangkut penduduk. Beberapa Lansia bahkan tampak pingsan ketika diangkut dengan tandu.
Di Kelurahan Kedunglumbu, banjir dirasakan mulai sekitar pukul 04.00 WIB. Secara bertahap, air bertambah tinggi hingga akhirnya mencapai ketinggian mata kaki orang dewasa. ”Tadi malam (kemarin malam-red) waktu saya keluar rumah pukul 01.00 WIB air belum naik. Tetapi berhubung hujan masih turun nggrejeh, saya tetap curiga pasti bakal banjir,” ujar salah satu warga, Dwi.

Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Jebres tak kalah parahnya diterjang banjir. Ribuan rumah warga di enam kelurahan Solo terendam air akibat Bengawan Solo meluap. Enam kawasan tersebut adalah Kelurahan Sewu, Jagalan, Pucangsawit, Gandekan, Sudiroprajan, dan Jebres. Sedikitnya tercatat ada 10.000 jiwa yang mengungsi di enam kelurahan tersebut. Kelurahan Sewu adalah kawasan yang paling parah. Banjir mencapai ketinggian hingga 3 meter.

Di Jalan Ir Juanda, genangan air merendam ratusan rumah warga serta sejumlah mobil pribadi juga ikut terendam. Sejumlah rumah pun juga dilaporkan roboh karena ikut terhanyut air. Di Jalan KH Maskur atau di samping TSTJ air setinggi setinggi pinggang orang dewasa mengakibatkan sejumlah ruas jalan lainnya mengalami kemacetan yang memanjang beberapa kilometer. Ruas jalan yang mengalami kemacetan tersebut antara lain Jl Suryo yakni jalan yang menuju Kantor Kelurahan Purwodiningratan serta Kantor Kelurahan Jagalan. Kemacetan juga terjadi di Jalan Abatoir, Jalan Ir Sutami, serta Jalan Kolonel Sutarto.

Warga RT 02/ RW XIII, Jagalan, Narto, mengungkapkan banjir terjadi sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelumnya, kata Narto, saat dia keluar memantau kondisi lapangan sekitar pukul 02.00 WIB, air belum meluap ke pemukiman warga atau ke ruas jalan raya. Namun, menjelang subuh air sudah naik. ”Ini adalah banjir terbesar sepanjang sepuluh tahun terakhir ini. Sebelumnya banjir terbesar terjadi pada tahun 1966,” terangnya.

Hal serupa diungkapkan Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Saryanto Joko Pangarso. ”Banjir kali ini merupakan banjir terbesar sejak tahun 1966 silam. Banjir hampir melanda seluruh rumah-rumah penduduk terutama yang dilintasi Sungai Bengawan Solo,” kata dia.
Sementara itu hingga pukul 21.00 WIB, di wilayah Kelurahan Joyotakan, air masih tampak menggenangi rumah-rumah sekitar. Meskipun mengalami surut, namun tak signifikan. Sementara di Sangkrah, hingga pukul 21.00 WIB air surut sekitar 50 cm, dari semula 4 meter menjadi sekitar 3,5 meter.

Mulai Rabu sore, sejumlah bantuan dari berbagai elemen masyarakat juga sudah mulai mengalir. Dari beras hingga mi instan. Tenda-tenda darurat juga mulai didirikan untuk menampung pengungsi, meskipun di sejumlah wilayah seperti di Joyotakan belum tersedia tenda pengungsian. Padahal gerimis mulai turun pada Rabu malam.

”Ada tujuh titik yang dijadikan tempat evakuasi, di antaranya Kantor Kelurahan Sangkrah, SDN Demangan dan Stasiun Sangkrah. Sementara tenda darurat yang didirikan di atas tanggul atau tempat kering lainnya, jumlahnya mencapai lebih dari 40,” ujar Lurah Sangkrah, Mahendra Nugrahadi.

Terpisah, pejabat Humas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Sukoco mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengurangi debit air tersebut selain berharap hujan tidak akan turun dalam waktu dekat ini. Sebab jika hujan turun lagi dipastikan debit air akan meningkat dan air kembali meluap.
”Penanganan yang bisa dilakukan saat ini hanyalah penanggulangan darurat dengan menyediakan kantong pasir (igiran) untuk membendung luapan air dan pengamatan-pengamatan. Sedangkan penanganan secara fisik seperti perbaikan tanggul yang jebol jelas belum bisa dilakukan.” - aps/shs/m48/m60/awi

Sumber : Solopos 27 Desember 2007

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Utara

Kalo di artikel sebelumnya kita bicara soal jalur selatan Kereta Api di Jawa, kali ini kita akan membahas mengenai jalur utara. Di jalur utara ini melintas kereta Argo Bromo Anggrek. Kereta ini dikenal sebagai raja di antara semua kereta api yang ada di Indonesia. Disebut raja karena ketika kereta api ini lewat, baik dari berlawanan arah atau arah yang sama, semua kereta akan berhenti untuk memberinya kesempatan berjalan terlebih dahulu. Mau tahu lintasan yang dilaluinya? Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian menggunakan jalur utara (dari Gambir sampai dengan Surabaya Pasar Turi). Stasiun yang dicetak dengan huruf besar termasuk kategori staiun besar. GAMBIR Gondangdia Cikini Manggarai JATINEGARA Cipinang Klender Klender Baru Cakung Rawa Bebek Kranji BEKASI Tambun Cibitung Cikarang Lemah Abang Tanjung Baru Kedung Gedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasep Pasir Bungur Cikaum Pagaden Baru Cipunegara Haurg

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Selatan

Kita mungkin kenal dengan Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, Surabaya. Ya, semua itu adalah nama kota di Jawa. Tapi tahukah Kaliwedi, Butuh, Luwung Gajah, Kemiri, Bagor? Saya yakin tidak semua orang mengenalnya. Jika Anda sering bepergian dengan Kereta Api melewati jalur selatan maka Anda akan menemukan stasiun dengan nama di atas. Dengan mengetahui perkiraan letaknya maka Anda bisa mengetahui posisi Anda sedang berada di dekat kota mana. Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian melalui jalur selatan (dari Pasar Senen sampai dengan Surabaya Gubeng). Stasiun yang dicetak tebak terbasuk kategori stasiun besar. Tut tut tut ... PASAR SENEN Gangsentiong Kramat Pondok Jati JATINEGARA Cipinang Klender Buaran Klender Baru Cakung Rawabebek Kranji BEKASI Bekasi Timur Tambun Cibitung Telaga Murni Cikarang Lemahabang Kedunggedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasap Pasirbungur Cikaum Pagaden B

Nyanyian Rindu Untuk Ibu - Ebiet G Ade

Tubuhmu yang terbungkuk tersandar lemah di kursi kayu tua jemari kurus terkulai menggenggam pena engkau goresan sajak sisa rambutmu perak tinggal sengeggam terbaca pahit kerasnya perjalanan nampakanya ingin kau tumpahkan seluruhnya di dalam puisi Dari alis matamu terbentuk garis guratan kokoh jiwa angin yang deras menghempas tak kau hiraukan batinmu kuat bertahan meskipun raga semakin rapuh tak pernah risau selalu tersimpul senyum sepantasnya kujadikan suri teladan potret perjuangan Oh-oh, ibu, ada yang ingin kutanyakan padamu hasil panen kemarin sesubur panenan yang kita petik bersama Oh-oh, ibu, apa kabar sawah kita sepetak masih bisakah kita tanami atau terendam ditelan zaman Setelah cucumu lahir aku lebih faham betapa beratnya membesarkan dan setia melindungi semua anak-anakmu kita yang selalu hidup sederhana kau sanggup mengasuh hingga kami dewasa dengarkankah nyanyian yang aku peruntukkan buatmu ibu....