Skip to main content

Posts

Dorothy Law Nolte: Anak Belajar Dari Kehidupannya

Artikel kali ini lebih ke arah pemahaman tentang Dorothy Law Nolte. Karyanya yang membahas tentang anak akan belajar dari apa yang mereka jalani. Mungkin untuk bisa mengerti artikel ini kita perlu menggunakan sisi perasaan kita, sekalipun kita sudah dewasa :) Silahkan simak tentang Children Learn What They Live , karya Dorothy Law Nolte, Ph.D Children Learn What They Live If children live with criticism, they learn to condemn. If children live with hostility, they learn to fight. If children live with fear, they learn to be apprehensive. If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves. If children live with ridicule, they learn to feel shy. If children live with jealousy, they learn to feel envy. If children live with shame, they learn to feel guilty. If children live with encouragement, they learn confidence. If children live with tolerance, they learn patience. If children live with praise, they learn appreciation. If children live with acceptance, they learn to l...

Agama Itu Candu

" RELIGION is the opium for the people ". Agama itu candu bagi masyarakat. Pendapat Karl Marx yang ditulis pada 1843 ini telah mengundang polemik, pro-kontra. Aslinya ditulis dalam bahasa Jerman: Die Religion istdas Opium des Volkes . Jika tidak membaca teks aslinya dalam formatnya yang utuh, pembaca akan mudah salah paham, apakah sesungguhnya yang dia maksudkan dengan ungkapan itu. Dalam paragraf yang lebih utuh dituliskan: Religion is the sigh of the oppressed culture, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people . Agama adalah desah hidup masyarakat dalam dunia yang tertindas, yang tak lagi punya jiwa. Dalam kondisi demikian, agama bagaikan candu yang bisa meringankan beban dan derita hidup. Ketika kebahagiaan hidup dalam dunia yang nyata sudah terampas, agama adalah hiburan dan pelarian terakhir. Dalam agama, seseorang menemukan harapan akan kebahagiaan dan keadilan yang datang dari Tuhan pada dunia spiritual, meskipun...

Tes COVID19 PCR Secara Ilmiah Tidak Berarti

Sampai sekarang masih ada perdebatan mengenai seberapa akurat PCR untuk mendeteksi SARS-CoV-2. Dalam suatu artikel yang ditulis Prof. Wimpie Pangkahila dikatakan ilmu kedokteran adalah Evidence-Based Medicine (EBM).  Saya mencoba menterjemahkan artikel yang  dipulikasikan OffGuardian . Beberapa istilah mungkin salah terjemahannya karena saya bukanlah ahli yang sehari-hari berurusan dengan dunia penelitian virus. O ya, mungkin tulisan ini bisa menjadi acuan sebagai 'pendapat kedua' dari semua perdebatan  yang selama ini didapat. Tapi tenang saja, k alau kita berbeda pendapat, saya tidak akan menyodori Anda Surat Persetujuan apa pun apalagi Surat Kesanggupan membayar sejumlah biaya tertentu. Artikel asli ini dipublikasikan 27 Juni 2020. Jadi, saat Anda membaca mungkin sudah ada perkembangan terbaru. J ika hal itu ada, s ilakan menginformasikan kepada saya sehingga tulisan ini bisa diperbaharui. Akhir kata kami sudah berusaha, tapi Tuhan yang menentukan....

Rahasia Kedokteran yang Luput dari Pandangan Kita

Editor : Resa Eka Ayu Sartika AKHIR-AKHIR ini media massa heboh memberitakan seorang dokter dan metode pengobatannya . Dari berbagai komentar yang muncul, saya dapat menyimpulkan banyak orang yang belum mengerti benar tentang ilmu kedokteran. Akibat lebih jauh, banyak orang yang kurang mengerti tentang peran dokter sebagai pelaksananya. Sampai di sini, saya yakin ada yang mulai protes, “Siapa bilang aku tidak mengerti Ilmu Kedokteran? Pokoknya memberi pengobatan supaya sembuh, tidak perlu berteori”. Kalau ada yang protes seperti ini pasti salah. Dia pasti seorang yang tidak mengerti atau hanya sok mengerti. Mengapa? Ilmu Kedokteran terus berkembang sejak zaman Hipocrates dulu. Semakin banyak teori baru yang berkembang, yang kemudian dimanifestasikan dalam praktik kedokteran yang baru. Jadi, praktik kedokteran pasti berdasarkan teori kedokteran yang sudah diakui secara internasional. Siapa yang mengakui secara internasional? Ya masyarakat kedokteran yang terkait d...

Menambahkan Sendto Menu

Ada banyak cara yang dapat kita gunakan untuk meng-copy file dalam Windows Explorer. Salah satu cara adalah dengan menggunakan context menu Send to .  Cara ini dilakukan dengan melakukan klik kanan pada file yang akan dicopy kemudian memilih menu Send to seperti ditunjukkan  gambar berikut. Kita dapat melakukan customize pada context menu Send to tersebut . Berikut langkah yang harus dilakukan untuk melakukan hal tersebut : 1. Buka Windows Explorer (tekan tombol Win + E) masukkan "shell:sendto" pada address bar. Ini akan akan mengarahkan kita pada folder     C:\Users\{yourusername}\AppData\Roaming\Microsoft\Windows\SendTo 2. Untuk menambahkan Item pada menu Send to , tambahkan shortcut pada folder ini. Sementara itu, untuk menghapus Item pada menu Send To delete shortcut yang ingin dihapus.

Yang Benar "Kongkorongok", Yang Lain Salah

Seperti apakah suara anjing menggonggong? Menurut orang di Indonesia, "Guk! Guk!". Orang Inggris ternyata tak sepakat. Menurut mereka, suara anjing menggonggong adalah "Woof! Woof!". Ternyata tak perlu jauh-jauh. Orang Sunda dan Jawa yang tinggal di satu pulau berbeda pendapat tentang suara ayam jantan berkokok di pagi hari. "Kongkorongok," demikian terdengar di telinga orang Sunda, sementara bagi orang Jawa, "Kukuruyuk". Kita tahu dalam ilmu bahasa itu namanya omomatope. Bagaimana suara yang sama diekspresikan dengan cara yang berbeda? Pertama, tentu karena sistem bahasa dan aksaranya berbeda. Kedua, saya yakin juga karena persepsi atas bunyi juga berbeda. Bayangkan jika di satu ruangan ada tiga orang yang mendengar suara dari balik pintu. Bagi yang penakut, ia membayangkan suara kuntilanak seperti di film horor. Yang senang binatang hanya akan menganggapnya suara kucing. Yang lain menganggap itu suara pohon berderik kena angin....

Menanam Pisang, Berharap Durian

Seperti orang lain, kadang saya kesal dengan apa yang tidak saya punya. Misalnya, melihat orang yang begitu ganteng macam Brad Pitt. Sadar saya tak bisa menyaingi kegantengannya, jadi berpikir, "Apalah artinya ganteng, udah mati toh jadi tengkorak." Padahal, kegantengan mereka lahir dari bangunan imajinasi di kepala saya, yang terus dicekokin film, media hiburan, internet, dan lain sebagainya, bahwa wajah macam artis Hollywood itu ganteng. Kegantengan bisa juga ada hubungannya dengan olahraga terkontrol, makanan penuh nutrisi, perawatan tubuh. Tapi, karena saya tak mau capek-capek mikirin itu maupun mengkritisi pikiran sendiri, cara paling gampang tentu penyangkalan dan bawa-bawa mati. Setidaknya itu menghibur saya sejenak. Nanti, di dalam tanah, saya dan siapa pun tak ada bedanya. Penghiburan yang tidak menjawab persoalan Brad Pitt ganteng dan saya tidak. Dan selama kami sama-sama hidup, kejengkelan saya barangkali abadi. Saya juga suka gemas melihat nega...