Menurut Bernard Poduska, untuk dapat mencintai manusia ...
Artikel lain dari harian Kompas. Sekarang bicara tentang cinta ...
Leila Ch. Budiman
RASA sayang yang mendalam dapat berkembang ke mana saja, seperti yang dialami gadis lembut ini.
"Ibu" dan "anak"-nya - "Cinta" Semarang
IBU Leila Yth, saya mencintai binatang, terutama kucing. Saya memiliki lima kucing dewasa dan empat bayi kucing yang baru berumur seminggu. Semula kucing dewasa saya ada enam. Satu yang paling saya sayangi, pergi sejak dua hari menjelang Lebaran dan tidak pernah pulang lagi. Saya mempunyai firasat dia sudah mati. Bu, dia yang paling saya sayangi, kedekatan kami sudah seperti ibu dan anak.
Setiap dia sakit saya selalu membawanya ke dokter, menghabiskan beratus-ratus ribu pun saya rela. Pernah tengah malam dia keracunan, saya larikan ke dokter hewan. Sepanjang malam itu tidur saya tidak nyenyak, takut keesokan harinya saya menemui dia tinggal bangkainya. Ketika dia akan melahirkan dia minta saya tunggui. Hampir setiap malam ia tidur bersama saya dan selalu membaringkan tubuhnya di pelukan saya dengan berbantalkan lengan saya. Dialah yang tercantik di antara kawan-kawannya. Matanya besar seperti kucing anggora walaupun dia "hanya" kucing kampung biasa. Ekornya melingkar lucu seperti per. Hidungnya mungil dan lucu. Cara jalannya berjingkat-jingkat seperti penari balet. Sayangnya dia bandel, senang pergi berhari- hari, terutama saat musim kawin. Karena itu saat dia pergi dua hari menjelang Lebaran, saya tidak khawatir, karena saya pikir dia akan pulang lagi.
Seluruh kompleks perumahaan sudah saya kitari, tetapi tidak kelihatan batang hidungnya yang mungil itu. Dua minggu lalu saya mimpi dia pulang, dan rasanya sakit sekali waktu bangun, dan sadar itu hanya mimpi. Mungkin saat itu ia ingin pamitan. Rasanya sakit sekali, jika membayangkan dia kemungkinan dianiaya orang jahat, dan menjelang ajalnya berada dalam kesakitan, kedinginan, kelaparan.
Ibu, apakah saya salah mencintai seekor kucing sampai begitu? Saya selalu ditertawakan keluarga dan pacar saya kalau saya khawatir terhadap "anak-anak" saya. Mereka selalu bilang, mereka "hanya" kucing. Saat saya sedih kehilangan "anak" tersayang saya, mereka juga menghibur dengan kata-kata itu. Hati saya sakit sekali. Apakah menjadi manusia begitu hebatnya sampai tidak patut mencintai makhluk lain dengan segenap jiwa raganya? Padahal manusia juga yang selalu mengobarkan api peperangan di dunia ini. Dan yang tidak beradab disebut sebagai binatang, padahal saat ini banyak manusia yang lebih biadab dari binatang. Mengapa manusia begitu sombong, padahal kalau tidak ada binatang dan tumbuh tumbuhan, manusia tidak dapat hidup? Sementara mereka tetap dapat hidup tanpa kehadiran manusia.
Apakah salah kalau saya mencintai kucing saya seperti anak sendiri? Saya toh sejak sekolah sudah menetapkan untuk tidak mau hamil dan melahirkan anak. Apa salahnya saya salurkan kasih sayang saya kepada makhluk yang terpinggirkan karena ambisi manusia? Makhluk mungil yang memberikan kita rasa damai dan ketentraman setiap kali kita melihatnya? Apakah salah bila saya lebih mencintai makluk-mahluk cantik yang polos itu, dibandingkan dengan anak kecil manusia yang pada zaman sekarang ini pun sudah tidak sepolos dan semanis yang kita idealkan?
Terkadang saya menyesal dilahirkan di negara ini, karena sulit mendapatkan orang yang mau memaklumi kecintaan saya terhadap binatang. Selama ini saya hanya menemui teman teman senasib lewat internet, yang notabene bukan dari negara ini. Saya jadinya harus memaklumi bahwa saat kesulitan ekonomi memang sulit untuk memperhatikan makhluk lain karena sesama manusia sendiri banyak yang tak terurus. Tapi Bu kalau makhluk itu terus terdesak, saat ekonomi sudah maju dan kita jadi kaya, apa bukannya kita sudah tidak bisa melihat mereka, yang "toh hanya binantang"? Apakah saya salah berpandangan seperti itu? Apakah di sini ada teman-teman senasib yang memiliki pandangan dan perasaan yang sama dengan saya?
...
Halo "Cinta",
Menyedihkan sekali ditinggal kucing kesayanganmu. Meski ia bukan manusia, kesayangan adalah tetap kesayangan. Terasa ada yang ikut lenyap bersamanya, rasa kangen yang tidak tergantikan oleh apa pun, kecuali oleh kehadiran kesayangan kita yang sudah tiada. Saya yakin masih cukup banyak di Indonesia yang sayang sekali pada binatang, meski tidak muncul di internet.
Saya sendiri pernah beberapa kali mengalami patah hati ditinggal tewas kesayangan saya yang berkaki empat. Pernah kami mempunyai kelinci gemuk putih yang sangat manis di namai Pak'ul oleh Santi, anak saya yang ketika itu masih di SD. Kelinci itu dibeli dari uang tabungannya. Saya merasa dekat dan sangat sayang sebab merawatnya tiap hari. Saya senang memperhatikan bibirnya yang turun naik secara bergantian ketika ia mengunyah. Dia suka loncat ke tempat tidur kami untuk dipeluk dan ia suka nonton TV bareng sekeluarga.
Sekali dia digonggong anjing yang mungkin gemas melihat dia. Kelinci kami begitu kaget sampai pingsan dan seluruh tubuhnya gemetar. Air mata saya sukar dibendung lagi, langsung suami dan saya membawanya ke dokter hewan, namun sang dokter adalah ahli sapi. Komentarnya, "Kelinci ini potong saja buat sate!" Keruan saja air mata saya membanjir lagi. Mungkin sang dokter kasihan melihat saya. Akhirnya ia ke dalam lagi lalu berusaha mengobati dengan suntikan. Dalam perjalanan pulang Pak-ul tewas, ia sudah tidak tertolong lagi. Ini meninggalkan kesedihan yang dalam pada kami. Papan tulis di rumah sering digambari kelinci menangis oleh kedua anak kami. Lama-lama kelinci di awan, kelinci naik mobil, kelinci bergaya dengan aneka pesan pribadi.
Lebih dari dua tahun si Pak 'ul dengan telinganya yang lebar tetap hadir di antara kami. Kesedihan itu lama kelamaan terobati, bahkan anak-anak jadi lebih kreatif dan akhirnya malah dapat menghibur. Kasih sayanglah yang membuat kehidupan kita semarak dan tumbuh subur. Jika kita melihat setaman bunga yang indah dan subur, atau melihat pohon yang sarat buahnya dan tumbuh subur, atau melihat bayi montok yang penuh senyum, kita tahu tentunya itu semua dirawat dengan kasih sayang. Sebaliknya jika ada kehancuran, perusakan, pembunuhan, penyiksaan, kebrutalan, di sana ada kebencian dan keserakahan pribadi yang jauh dari cinta dan kasih sayang.
Erich Fromm bilang, kemanusiaan tidak dapat bertahan satu hari pun tanpa cinta kasih. Cinta kasih inilah yang mempersatukan dan menyuburkan kehidupan manusia, fauna dan flora di alam ini. Jadi "Cinta" kenapa harus merasa salah jika Anda memilikinya?
Di Melbourne, iklan TV-nya banyak menghadirkan tokoh binatang, sebab orang lebih tertarik melihat penampilan dan perilaku polos para hewan ini daripada iklan gemerlap dan pameran dada yang sudah mulai membosankan. Juga sering ditayangkan hubungan mesra yang terjadi antara manusia dan alam sekitarnya, fauna, dan flora.
Ironisnya banyak manusia, terutama yang lansia, yang sudah ditinggal sesama manusia, ditinggal saudara, sahabat dekat dan masyarakatnya, namun tetap tidak ditinggal binatang kesayangannya.
Di Jepang, di Shibuya ada patung anjing duduk. Peringatan buat seekor anjing yang sangat setia menjemput tuannya di stasiun itu dan duduk menunggu tiap hari pada jam tertentu, meskipun tuannya telah beberapa tahun meninggal.
Menurut Bernard Poduska, untuk dapat mencintai manusia kita harus belajar mencintai batu biasa, menyelimutinya di kala dingin, becakap-cakap agar ia tidak "kesepian". Kalau sudah dapat begini, naik tingkat mencintai tumbuhan. Jika berhasil jadi subur, berbunga dan berbuah lebat, boleh naik tingkat lagi: mencintai binatang. Jika dapat tumbuh sehat dan mencintai kita pula, berarti rasa kasih sayang kita di jalur yang benar. Boleh naik tingkat lagi buat mencintai makhluk yang jauh lebih kompleks, manusia.
Ini tidak mudah. Kita perlu mengenalnya dengan baik, mengerti dan dapat memenuhi kebutuhannya yang berkembang, yang ada kalanya berbeda dari keinginan kita, namun perlu bagi kesehatan jiwa raganya. Jika cinta kasih kita berhasil, kepuasannya pun jauh lebih besar dari yang didapat dari binatang! Dan ahli sufi menambahkan puncak cinta yang terindah ialah mencintai Tuhan, Allah Yang menciptakan alam semesta ini. MencintaiNya adalah juga mencintai segala mahluk yang diciptaNya. Di sana orang akan menemukan kepuasan yang sejati. Nah, "Cinta", Anda sudah berhasil dalam tahap ketiga, PF ya, silakan naik tingkat!
Sumber : KONSULTASI Kompas Minggu, 24 September 2000
Comments