Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Kecelakaan AirAsia 8501 : Tidak Hanya Kesalahan Pilot

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membuka kembali duka yang ada.  Hal yang terpenting adalah bagaimana kita belajar bahwa apa pun profesi Anda, berapa banyak pengalaman Anda, pastikan Anda bertanggung jawab dan tahu akibat yang mungkin timbul atas tindakan itu. Kesalahan yang dirasa kecil ternyata bisa berakibat bencana yang besar. Untuk yang malas membaca, silakan  klik link ini untuk melihat videonya.. Oleh : Les Abend Saat ini, jauh lebih mudah untuk menimpakan kesalahan pada awak pesawat terbang yang mengalami kecelakaan daripada mempertimbangkan banyak faktor lainnya. Kesalahan pilot adalah istilah yang mudah dipakai dalam memahami penyebab tragedi karena kita semua bisa memahami bahwa manusia bisa berbuat salah. Namun dalam kasus AirAsia 8501, ada banyak hal yang berperan sebagai penyebab kecelakaan di Laut Jawa yang menewaskan 162 orang pada bulan Desember 2014. Pertama, penting untuk memahami urutan kejadian sebagai penyebab kecelakaan ini : 1. Kegagalan mekanik p

Benang Kusut Masalah Kewarganegaraan

Apa yang membuat masalah kewarganegaraan penduduk keturunan asing di Indonesia demikian rumit? LIONG Solan duduk terpekur. Di hadapan wanita 58 tahun itu terserak fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan KTP WNI. “Ini sudah ditarik,” tuturnya. “Ka­tanya tidak sah.” Raut kebingungan tersirat jelas di wajah­­nya. Sebagai ibu rumah tangga tanpa mengecap bang­ku sekolah, Solan tak paham tentang kewarganegaraan, undang-undang, dan serangkaian peraturan yang me­nyertai­nya. Ia hanya tahu bahwa ia lahir dan menetap di Indonesia. Ia bingung mengapa sulit dan mahal mengurus dokumen sebagai WNI. Siang itu, di rumah berlantai tanah beru­kuran 3×5 meter di bilangan Jakarta Pusat, Solan mengisahkan keresahannya. Terlahir di Jakarta dari ayah seorang warga negara Tiongkok dan ibu “Cina Benteng”, seumur hidup Solan tak pernah punya KTP WNI. Sebuah fotokopi Kartu Tanda Penduduk Pemda Chusus Ibukota Jakarta mencantumkan kewargane­garaannya sebagai “tanpa kewarganegaraan”.  Kartu yang habis masa be

Belajar dari Kegagalan Si Burung Besi Oranye

Hampir dua bulan ini sejumlah burung besi yang didominasi warna oranye dan berlogo manusia bersayap yang tengah siap terbang itu tidak menyambangi langit biru yang menjadi rute penerbangannya. Ya, sejak 19 Maret 2008 pesawat Adam Air memang tidak mengangkasa, akibat dibekukan izin terbangnya (operation specification). Selain itu, karena banyaknya persoalan yang kini masih dalam penyidikan hukum, Adam Air tinggal mengantongi tiket Airline Operating Certificate (Izin Operasional Terbang) yang terancam akan dicabut jika tiga bulan mendatang belum ada perbaikan atas masalah yang terjadi. Konsumen, regulator, pelaku industri penerbangan, dan karyawan PT Adam Sky Connection Airlanes (Adam Air) menuding persoalan kompleks menjadi biang keladi kejatuhan perusahaan itu. Padahal, kalau kita tengok ke belakang, perkembangan bisnis Adam Air cukup mengesankan. Lihatlah, di awal operasi pada 19 Desember 2003, Adam Air hanya menerbangkan dua pesawat Boeing 737 sewaan dari GE Capital Aviation Ser

Kemesraan Serikat Buruh dan Partai Politik Sejak Era PKI

Tulisan di bawah mungkin bisa membantu bagi orang yang  ingin tahu sedikit sejarah pergerakan buruh di Indonesia. Salah satunya tentang sejarah pemberian THR. ... Sejak Maret 1953, SOBSI sudah berteriak paling keras agar ada “Pemberian tundjangan hari raya bagi semua buruh sebesar satu bulan gadji kotor. ... Nah lho! Sejak masa kolonial, Sarekat Islam dan ISDV (cikal-bakal PKI) sudah bersama kaum buruh melawan kapitalisme kolonial Belanda. Perjuangan organisasi-organisasi pergerakan nasional itu bagaimanapun tidak terlepas dari usaha memperbaiki nasib buruh.  Sarekat Buruh Kiri Era Kolonial Pada awal abad ke-20, Sarekat Islam (SI) dan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) mulia dan besar namanya di kalangan kaum kromo karena bergelut bersama kaum buruh. Tokoh buruh muda yang bernama Semaoen setidaknya pernah aktif di kedua partai tersebut. Sebelum ikut SI atau ISDV, Semaoen sejak belia sudah pernah ikut serikat buruh kereta api Vereniging van Spoor-en T

Kritik ⁠⁠⁠⁠⁠Eros Djarot untuk 'Saya Pancasila'

Tagline 'Saya Pancasila, Saya Indonesia' menggema pada peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu. Ada kritik terselip dari penggunaan frasa tersebut. Kritik itu dilontarkan oleh tokoh budayawan dan juga politikus, Eros Djarot. Eros menyoroti mengenai penyamaan kata 'Saya' dan 'Pancasila' yang menurutnya tidak tepat. "Ketika Pancasila dilembagakan pada diri orang per orang, maka kedudukannya sebagai ideologi-dasar negara dan pendangan hidup bangsa menjadi tereduksi sampai ke titik nadir," kata Eros dalam pernyataanya, Minggu (4/6/2017). Menurut Eros, Pancasila tak bisa disamakan begitu saja dengan orang per orang. Dia memberi contoh, orang yang mendeklarasikan 'saya Pancasila' bisa saja suatu waktu memiliki masalah dengan hukum. Pancasila sebagai ideologi negara tentu saja tidak boleh terseret-seret. "Bayangkan ketika si A yg kebetulan seorang pejabat negara yg dengan gagah menepuk dada dan lantang menyatakan secara

Perubahan Urutan Pancasila dan Perdebatan "Syariat Islam" di Piagam Jakarta

KOMPAS.com — Hari lahirnya Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni memang identik dengan gagasan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Rumusan awal Pancasila selama ini dianggap dikemukakan pertama kali oleh Soekarno sewaktu berpidato dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Namun, Pancasila yang dikenal sebagai dasar negara saat ini mengalami sejumlah proses perubahan dari rumusan awal oleh Soekarno. Adapun urutan Pancasila dalam rumusan yang dibuat Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah: 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan 3. Mufakat atau demokrasi 4. Kesejahteraan sosial 5. Ketuhanan yang Maha Esa Menurut Soekarno, lima asas itu merupakan weltanschauung atau pandangan mendasar, filsafat, juga fundamen yang digali dari jati diri bangsa Indonesia. Dalam pidatonya, Soekarno memang mempertanyakan dasar yang akan digunakan jika Indonesia merdeka. Pertanyaan itu yang me