Cerita ini sudah mengalami penyuntingan tanpa mengubah inti cerita. Cerita ini hanya 1 dari beberapa cerita yang pernah terjadi ketika berhubungan dengan penyedia telekomunikasi yang mendapat predikat "Greatest Brand of Decade". Meski sampe sekarang masih bingung dengan cara penilaiannya. Andai punya kacamata kuda ...
Sekali peristiwa, di Plasa Jemursari
"Selamat pagi, bisa dibantu?"
"Begini, Mbak. Saya mau tanya soal Paket Tagihan Tetap."
"Bisa saya jelaskan ya, Bapak. Yang dimaksud Paket Tagihan Tetap adalah bla bla bla ... Aktifasi bisa dari plasa ato 147"
"Ada brosurnya, Mbak?"
"Kebetulan sudah habis, ini ada catatan jenis Paketnya, kalo bapak mau bisa ditulis."
"Ditulis? Kalo difotocopi bisa kan, Mbak?
"Maaf pak, ini sebenarnya untuk memo internal. Jadi tidak bisa dicopy."
"Lho, apa bedanya dengan ditulis?"
"Wah prosedurnya seperti itu, Pak."
"Ya. Sudahlah."
Sementara customer menulis, si Mbak menyibukkan diri. Kalo Anda merasa aneh. Ini beneran lho. Customernya yang menulis, sementara mbak-nya tolah toleh. Jadi ingat berita ini.
# The End of Part I #
Dua kali peristiwa, terjadi percakapan antara si Mbak CS dengan customernya.
"147. Selamat pagi dengan xxx, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau tanya kalo no telp 031 xxx, diikutkan Paket Tagihan Tetap bagaimana caranya?
"Sebentar saya cek dulu."
#Hening#
"Terima kasih sudah sabar menunggu, Bapak. Begini Bapak, no telp tersebut tidak bisa digunakan untuk paket tagihan tetap karena berada dalam grouping perusahaan. Paket itu hanya untuk no telp kategori Residental."
"Maksudnya?"
"Bapak dulu mendaftarnya lewat perusahaan ya?
"Tidak. Saya dulu mendaftar lewat marketing Telkom."
"O, kalo begitu, berarti waktu pendaftaran Bapak diikutkan grouping perusahaan. Itu kesalahan di pihak marketing, Pak."
"Lho, kalo itu bukan urusan saya. Emang bedanya apa?
"Sebetulnya sama saja, hanya biaya abonemennya lebih mahal yang Grouping."
"Terus sekarang saya harus bagaimana?"
"Kalo Bapak ada waktu bisa datang ke Telkom Ketintang, untuk mengurus perpindahan kategori. Nanti di sana Bapak menyerahkan surat permohonan bermaterai untuk perpindahan kategori. Nanti kalo sudah selesai, proses aktifasi Paket Tagihan Tetapnya bisa lewat 147 kok.
"Ok. Terima kasih, Mbak"
# The End of Part II #
Beberapa hari kemudian di Telkom Ketintang.
"Selamat Pagi, Pak. Ada yang bisa dibantu?"
"Begini. Mbak. Saya mau ikut Paket Tagihan Tetap, tapi katanya telp saya masuk kategori Grouping Perusahaan. Saya mau ngurus perpindahan kategori dari Grouping ke Residental."
"O ya bisa. Tapi hati-hati lho. Kemarin teman saya ikut Paket Tagihan Tetap bayarnya lebih besar dari biasanya."
"O ya? Tapi, nanti kalo dicoba lebih mahal kan bisa distop Paketnya? Ini saya sudah membawa surat permohonan bematerai untuk perpindahan kategori."
"Bisa distop kok, Pak. Sebentar saya cek dulu ke dalam."
Sementara si Mbak masuk kedalam, si customer cuma menggumam "Kok tumben, si Mbak ngomong seperti itu? Apa gak salah dengar kupingnya?
Tak lama kemudian...
"Berkasnya sudah oke, nanti dalam 3-4 hari sudah selesai. Ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Tidak. cukup. Terima kasih."
# The End of Part III #
Beberapa hari kemudian, terjadi lagi percakapan.
"147. Selamat pagi dengan xxx, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau daftarkan no 031 xxx ke Paket Tagihan Tetap."
"Sebentar saya cek dulu"
# Hening #
"Terima kasih sudah sabar menunggu. No telp bapak baru dipasang ya?"
"Tidak, mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental."
"Oooo. Kalo kita di 147 tidak bisa melayani yang seperti ini. Di sistem kita menolak. Bapak bisa datang ke plasa kalau ada waktu. Kalo di sana bisa."
"Pasti bisa ya?"
"Pasti, Pak.Di sana memang untuk pelayanan pelanggan."
"Oke, Mbak. Terima kasih."
# The End of Part IV #
Beberapa hari kemudian, di Plasa Jemursari.
"Selamat pagi, Pak. Bisa dibantu?"
"Begini, Mbak. Saya mau ikut Paket Tagihan Tetap untuk no 031 xxx."
"Sebentar saya cek dulu."
# Hening #
"Terima kasih sudah sabar menunggu. Bapak baru pasang baru ya?"
"Tidak, Mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental. Kemarin saya telp ke 147 katanya saya harus ke plasa."
"Ooo tidak bisa, Bapak. Ini harus ditunggu 3 bulan dulu."
"Lho, kemarin 147 tidak menginformasikan begitu."
"Tidak mungkin, Pak. Prosedurnya seperti itu."
Terjadi perdebatan beberapa saat.
"Sudahlah, daripada debat, saya telp 147 sekarang."
Terdengar tombol telepon ditekan.
"147. Selamat pagi dengan XXX, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau daftarkan no 031 xxx ke Paket Tagihan Tetap."
"Sebentar saya cek dulu."
# Hening #
"Terima kasih sudah sabar menunggu. No telp bapak baru dipasang ya?"
"Tidak, Mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental."
"Oooo. Di sistem kita masih belum bisa. Bapak bisa datang ke plasa kalau ada waktu. Kalo di sana bisa."
"Mbak, saya sekarang di depan CS plasa. Tapi dia bilang gak bisa, dulu saya dapat informasi dari 147 katanya harus datang ke plasa. Sekarang juga begitu. Yang bener yang mana? Kalo ngomong itu dipikir dulu, jangan ngomong dulu baru dipikir! Emangnya saya kurang kerjaan disuruh datang ke plasa terus. Kalo pelayanannya cepat gak masalah. Tiap kali ke plasa bisa setengah hari waktu yang terbuang. Setiap kali urusan dengan 147 ato Plasa lebih sering gak beresnya. Sudahlah."
"Ma...."
Telepon langsung diputus.
Ya. Sudahlah, Mbak. Bosen saya urusan dengan plasa.
Terdengar langkah kali meninggalkan kursi.
Sekali peristiwa, di Plasa Jemursari
"Selamat pagi, bisa dibantu?"
"Begini, Mbak. Saya mau tanya soal Paket Tagihan Tetap."
"Bisa saya jelaskan ya, Bapak. Yang dimaksud Paket Tagihan Tetap adalah bla bla bla ... Aktifasi bisa dari plasa ato 147"
"Ada brosurnya, Mbak?"
"Kebetulan sudah habis, ini ada catatan jenis Paketnya, kalo bapak mau bisa ditulis."
"Ditulis? Kalo difotocopi bisa kan, Mbak?
"Maaf pak, ini sebenarnya untuk memo internal. Jadi tidak bisa dicopy."
"Lho, apa bedanya dengan ditulis?"
"Wah prosedurnya seperti itu, Pak."
"Ya. Sudahlah."
Sementara customer menulis, si Mbak menyibukkan diri. Kalo Anda merasa aneh. Ini beneran lho. Customernya yang menulis, sementara mbak-nya tolah toleh. Jadi ingat berita ini.
Dua kali peristiwa, terjadi percakapan antara si Mbak CS dengan customernya.
"147. Selamat pagi dengan xxx, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau tanya kalo no telp 031 xxx, diikutkan Paket Tagihan Tetap bagaimana caranya?
"Sebentar saya cek dulu."
"Terima kasih sudah sabar menunggu, Bapak. Begini Bapak, no telp tersebut tidak bisa digunakan untuk paket tagihan tetap karena berada dalam grouping perusahaan. Paket itu hanya untuk no telp kategori Residental."
"Maksudnya?"
"Bapak dulu mendaftarnya lewat perusahaan ya?
"Tidak. Saya dulu mendaftar lewat marketing Telkom."
"O, kalo begitu, berarti waktu pendaftaran Bapak diikutkan grouping perusahaan. Itu kesalahan di pihak marketing, Pak."
"Lho, kalo itu bukan urusan saya. Emang bedanya apa?
"Sebetulnya sama saja, hanya biaya abonemennya lebih mahal yang Grouping."
"Terus sekarang saya harus bagaimana?"
"Kalo Bapak ada waktu bisa datang ke Telkom Ketintang, untuk mengurus perpindahan kategori. Nanti di sana Bapak menyerahkan surat permohonan bermaterai untuk perpindahan kategori. Nanti kalo sudah selesai, proses aktifasi Paket Tagihan Tetapnya bisa lewat 147 kok.
"Ok. Terima kasih, Mbak"
Beberapa hari kemudian di Telkom Ketintang.
"Selamat Pagi, Pak. Ada yang bisa dibantu?"
"Begini. Mbak. Saya mau ikut Paket Tagihan Tetap, tapi katanya telp saya masuk kategori Grouping Perusahaan. Saya mau ngurus perpindahan kategori dari Grouping ke Residental."
"O ya bisa. Tapi hati-hati lho. Kemarin teman saya ikut Paket Tagihan Tetap bayarnya lebih besar dari biasanya."
"O ya? Tapi, nanti kalo dicoba lebih mahal kan bisa distop Paketnya? Ini saya sudah membawa surat permohonan bematerai untuk perpindahan kategori."
"Bisa distop kok, Pak. Sebentar saya cek dulu ke dalam."
Sementara si Mbak masuk kedalam, si customer cuma menggumam "Kok tumben, si Mbak ngomong seperti itu? Apa gak salah dengar kupingnya?
Tak lama kemudian...
"Berkasnya sudah oke, nanti dalam 3-4 hari sudah selesai. Ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Tidak. cukup. Terima kasih."
Beberapa hari kemudian, terjadi lagi percakapan.
"147. Selamat pagi dengan xxx, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau daftarkan no 031 xxx ke Paket Tagihan Tetap."
"Sebentar saya cek dulu"
"Terima kasih sudah sabar menunggu. No telp bapak baru dipasang ya?"
"Tidak, mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental."
"Oooo. Kalo kita di 147 tidak bisa melayani yang seperti ini. Di sistem kita menolak. Bapak bisa datang ke plasa kalau ada waktu. Kalo di sana bisa."
"Pasti bisa ya?"
"Pasti, Pak.Di sana memang untuk pelayanan pelanggan."
"Oke, Mbak. Terima kasih."
Beberapa hari kemudian, di Plasa Jemursari.
"Selamat pagi, Pak. Bisa dibantu?"
"Begini, Mbak. Saya mau ikut Paket Tagihan Tetap untuk no 031 xxx."
"Sebentar saya cek dulu."
"Terima kasih sudah sabar menunggu. Bapak baru pasang baru ya?"
"Tidak, Mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental. Kemarin saya telp ke 147 katanya saya harus ke plasa."
"Ooo tidak bisa, Bapak. Ini harus ditunggu 3 bulan dulu."
"Lho, kemarin 147 tidak menginformasikan begitu."
"Tidak mungkin, Pak. Prosedurnya seperti itu."
Terjadi perdebatan beberapa saat.
"Sudahlah, daripada debat, saya telp 147 sekarang."
Terdengar tombol telepon ditekan.
"147. Selamat pagi dengan XXX, bisa dibantu?"
"Mbak, saya mau daftarkan no 031 xxx ke Paket Tagihan Tetap."
"Sebentar saya cek dulu."
"Terima kasih sudah sabar menunggu. No telp bapak baru dipasang ya?"
"Tidak, Mbak. Cuma ini habis pindah dari kategori Grouping Perusahaan ke Residental."
"Oooo. Di sistem kita masih belum bisa. Bapak bisa datang ke plasa kalau ada waktu. Kalo di sana bisa."
"Mbak, saya sekarang di depan CS plasa. Tapi dia bilang gak bisa, dulu saya dapat informasi dari 147 katanya harus datang ke plasa. Sekarang juga begitu. Yang bener yang mana? Kalo ngomong itu dipikir dulu, jangan ngomong dulu baru dipikir! Emangnya saya kurang kerjaan disuruh datang ke plasa terus. Kalo pelayanannya cepat gak masalah. Tiap kali ke plasa bisa setengah hari waktu yang terbuang. Setiap kali urusan dengan 147 ato Plasa lebih sering gak beresnya. Sudahlah."
"Ma...."
Telepon langsung diputus.
Ya. Sudahlah, Mbak. Bosen saya urusan dengan plasa.
Terdengar langkah kali meninggalkan kursi.
Comments