Skip to main content

Agama Itu Candu

"RELIGION is the opium for the people". Agama itu candu bagi masyarakat. Pendapat Karl Marx yang ditulis pada 1843 ini telah mengundang polemik, pro-kontra. Aslinya ditulis dalam bahasa Jerman: Die Religion istdas Opium des Volkes. Jika tidak membaca teks aslinya dalam formatnya yang utuh, pembaca akan mudah salah paham, apakah sesungguhnya yang dia maksudkan dengan ungkapan itu.


Dalam paragraf yang lebih utuh dituliskan: Religion is the sigh of the oppressed culture, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people. Agama adalah desah hidup masyarakat dalam dunia yang tertindas, yang tak lagi punya jiwa.


Dalam kondisi demikian, agama bagaikan candu yang bisa meringankan beban dan derita hidup. Ketika kebahagiaan hidup dalam dunia yang nyata sudah terampas, agama adalah hiburan dan pelarian terakhir.


Dalam agama, seseorang menemukan harapan akan kebahagiaan dan keadilan yang datang dari Tuhan pada dunia spiritual, meskipun sangat bisa jadi semua itu merupakan imajinasi manusia. Menurut Marx, manusia menciptakan agama, bukannya agama menciptakan manusia.


Apakah Marx anti-Tuhan? Pertanyaan ini juga mengundang polemik. Yang pasti, dia sangat kritis dan sinis pada praktik keberagamaan yang dia amati di sekelilingnya.


Praktik keberagamaan masyarakat bukan menyelesaikan masalah riil yang menjadi sumber problem derita masyarakat dan negara, seperti problem politik dan ekonomi, melainkan mereka malah lari ke dunia spiritual untuk meringankan beban hidupnya. Maka itu, Marx mengatakan bahwa agama itu candu yang memberikan hiburan semu, yang sangat disenangi oleh mereka yang kalah dan putus asa dalam pertarungan duniawi. Mereka menyelesaikan masalah di tempat yang salah.


Salahkah Karl Marx dengan pendapatnya itu? Terserah masing-masing orang membangun argumen untuk menimbangnya. Untuk membuat penilaian, memang seseorang perlu membaca dan mendalami buku-buku yang ditulisnya agar lebih bijak dan tepat membuat penilaian.


Saat ini muncul kecenderungan orang lebih senang membaca dan percaya pada berita dan komentar di media sosial lebih singkat dan mudah ditelan, apa pun topik masalahnya. Termasuk paham keagamaan. Padahal, jika di sana ada lima ustaz atau kiai, bisa jadi ada lima pendapat tentang satu topik masalah yang diperdebatkan.


Misalnya masalah ucapan Natal bagi seorang muslim buat temannya yang beragama Kristen. Ada yang menyajikan argumen secara lengkap dan kritis, ada yang setuju dan menentang tanpa argumen kritis. Ada yang membolehkan, ada yang mengharamkan.


Catatan yang sering digarisbawahi pembaca terhadap Marx adalah sikap kritisnya terhadap peran agama bagi penyelesaian ekonomi yang dihadapi masyarakat. Dalam masyarakat, terdapat dua mazhab beragama.


Satu, mereka yang menekankan ritual dan keselamatan akhirat namun mengabaikan kebutuhan nyata dalam hidup sehari-hari, misalnya problem ekonomi dan lingkungan hidup. Kehidupan yang sejati dan mesti dikejar adalah kebahagiaan setelah mati, yang dijemput dengan memperbanyak ritual.


Kenikmatan dunia ini hanyalah sesaat, jangan serius dikejar-kejar. Jangan tertipu kemilau dunia. Surga jauh lebih indah dan nyata dibanding kehidupan duniawi ini.


Dua, praktik keberagamaan yang lebih menekankan ibadah sosial, yang berpandangan bahwa ibadah sosial porsi pahalanya lebih besar ketimbang ibadah ritual dengan rajin datang ke gereja atau di masjid. Bagi mazhab kedua ini, misi agama itu untuk membantu dan membahagiakan sesama manusia di muka bumi ini.


Pandangan ini yang mengilhami Max Weber menulis karya monumentalnya, Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism (1905). Salah satu poinnya yang penting adalah mereka percaya bahwa Tuhan lebih mencintai orang beriman yang mau bekerja keras, menciptakan kemakmuran bagi masyarakat, namun mereka tetap menjalani hidup hemat.


Iman pada Tuhan, kerja keras, dan hidup hemat merupakan kekuatan jiwa yang mendorong tumbuhnya masyarakat kapitalis awal yang menciptakan kemakmuran di Eropa, terutama pada negara-negara dengan mayoritas pemeluk Protestan.


 Komaruddin Hidayat

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)


Sumber :sindonews.com

20 Desember 2019



Comments

Popular posts from this blog

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Utara

Kalo di artikel sebelumnya kita bicara soal jalur selatan Kereta Api di Jawa, kali ini kita akan membahas mengenai jalur utara. Di jalur utara ini melintas kereta Argo Bromo Anggrek. Kereta ini dikenal sebagai raja di antara semua kereta api yang ada di Indonesia. Disebut raja karena ketika kereta api ini lewat, baik dari berlawanan arah atau arah yang sama, semua kereta akan berhenti untuk memberinya kesempatan berjalan terlebih dahulu. Mau tahu lintasan yang dilaluinya? Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian menggunakan jalur utara (dari Gambir sampai dengan Surabaya Pasar Turi). Stasiun yang dicetak dengan huruf besar termasuk kategori staiun besar. GAMBIR Gondangdia Cikini Manggarai JATINEGARA Cipinang Klender Klender Baru Cakung Rawa Bebek Kranji BEKASI Tambun Cibitung Cikarang Lemah Abang Tanjung Baru Kedung Gedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasep Pasir Bungur Cikaum Pagaden Baru Cipunegara Haurg

Daftar Stasiun Kereta Api - Jalur Selatan

Kita mungkin kenal dengan Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, Surabaya. Ya, semua itu adalah nama kota di Jawa. Tapi tahukah Kaliwedi, Butuh, Luwung Gajah, Kemiri, Bagor? Saya yakin tidak semua orang mengenalnya. Jika Anda sering bepergian dengan Kereta Api melewati jalur selatan maka Anda akan menemukan stasiun dengan nama di atas. Dengan mengetahui perkiraan letaknya maka Anda bisa mengetahui posisi Anda sedang berada di dekat kota mana. Berikut ini disajikan nama-nama stasiun yang dilewati Kereta Api jika Anda bepergian melalui jalur selatan (dari Pasar Senen sampai dengan Surabaya Gubeng). Stasiun yang dicetak tebak terbasuk kategori stasiun besar. Tut tut tut ... PASAR SENEN Gangsentiong Kramat Pondok Jati JATINEGARA Cipinang Klender Buaran Klender Baru Cakung Rawabebek Kranji BEKASI Bekasi Timur Tambun Cibitung Telaga Murni Cikarang Lemahabang Kedunggedeh KERAWANG Klari Kosambi Dawuan CIKAMPEK Tanjung Rasa Pabuaran Pringkasap Pasirbungur Cikaum Pagaden B

Belajar dari Kegagalan Si Burung Besi Oranye

Hampir dua bulan ini sejumlah burung besi yang didominasi warna oranye dan berlogo manusia bersayap yang tengah siap terbang itu tidak menyambangi langit biru yang menjadi rute penerbangannya. Ya, sejak 19 Maret 2008 pesawat Adam Air memang tidak mengangkasa, akibat dibekukan izin terbangnya (operation specification). Selain itu, karena banyaknya persoalan yang kini masih dalam penyidikan hukum, Adam Air tinggal mengantongi tiket Airline Operating Certificate (Izin Operasional Terbang) yang terancam akan dicabut jika tiga bulan mendatang belum ada perbaikan atas masalah yang terjadi. Konsumen, regulator, pelaku industri penerbangan, dan karyawan PT Adam Sky Connection Airlanes (Adam Air) menuding persoalan kompleks menjadi biang keladi kejatuhan perusahaan itu. Padahal, kalau kita tengok ke belakang, perkembangan bisnis Adam Air cukup mengesankan. Lihatlah, di awal operasi pada 19 Desember 2003, Adam Air hanya menerbangkan dua pesawat Boeing 737 sewaan dari GE Capital Aviation Ser