Menurut wikipedia, humor adalah kecenderungan untuk memancing tawa atau sekedar memberikan hiburan. Banyak teori mendefinisikan arti humor dan fungsi sosial yang bisa diberikannya. Orang yang dapat geli, tertawa atau tersenyum pada sesuatu yang lucu maka mereka dianggap memiliki sense of humour.
Sense of humour adalah kemampuan untuk menimbulkan rasa humor. Rasa humor ini sangat dipengaruhi banyak hal, diantaranya lokasi geografis, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan dan kecerdasan.
Bagi sebagian ilmuwan sosial, terutama psikologi, rasa humor juga mendapat perhatian yang khusus. Telah banyak dilakukan penelitian tentang humor dan kaitannya dengan kehidupan manusia.
Besarnya perhatian mereka terhadap humor ini sebenarnya tidak mengherankan karena humor adalah salah satu kualitas khas manusia. Artinya, di antara makhluk-makhluk lain, hanya manusialah yang memiliki sifat humor dan memandang sesuatu secara humoristis.
Hanya manusia yang bisa tertawa, yakni menertawakan hal-hal yang ada di luar dirinya dan juga menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan diri sendiri? Ya, hampir sebagian besar orang akan tertawa ketika melihat, mendengar dan merasakan kejadian lucu yang menimpa orang lain. Pernahkah kita tertawa terhadap diri kita sendiri?
Menertawakan diri sendiri akan sulit dilakukan oleh sebagian orang karena merasa dirinya minder ataupun sebaliknya merasa diri yang superior dan perfeksionis. Ada juga yang berpendapat, hal ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri dan sifat optimis dari orang yang bersangkutan.
Bagi sebagian orang, menertawakan diri sendiri dilakukan untuk menyegarkan suasana, menutupi kesalahan yang dilakukan, atau juga untuk menghindari celaan atau bahkan hinaan orang.
Menurut beberapa orang pakar (tentunya psikolog bukannya pakar bola) menertawakan diri sendiri merupakan salah satu tanda bahwa orang tersebut masih normal atau tidak mengalami gangguan kejiwaan yang berat. Menertawakan diri bisa dilakukan untuk melepaskan ketegangan pikiran akibat beban kerja, masalah, konflik dengan orang lain dan sebagainya.
Salah seorang pakar psikologi humanistik, yakni David Cohen dalam buku Humor, Irony and Self Detachment, berpendapat bahwa kemampuan manusia untuk memandang diri sendiri secara ironis dapat dipandang sebagai kualitas manusiawi yang sangat baik. Bahkan kemampuan menertawakan diri sendiri merupakan karakteristik khas manusia, karena di dalamnya tersirat kemampuan pemisahan terhadap diri sendiri (self detachment), yaitu kemampuan untuk membedakan diri sebagai subjek (yang menertawakan) dan sebagai objek (yang ditertawakan) sekaligus!
Selain itu, ahli psikologi lainnya, yaitu Gordon W Allport yang terkenal dengan teorinya tentang kepribadian manusia mengungkapkan bahwa kepribadian yang matang ditandai oleh usaha untuk memperluas diri, hubungan yang ramah dengan orang lain, menerima keadaan diri, berusaha realistis, meyakini dan menghayati suatu falsafah hidup yang integratif, dan bersikap objektif terhadap diri sendiri. Dalam ciri yang terakhir, yaitu bersikap objektif terhadap diri sendiri, terdapat pemahaman terhadap diri sendiri dan rasa humor, termasuk bersikap humoristis terhadap diri sendiri. Dengan demikian, dapat diungkapkan bahwa salah satu tanda kematangan kepribadian seseorang adalah kesanggupannya untuk menertawakan diri sendiri.
Seorang ahli logoterapi Viktor. S. Frankl adalah seseorang yang memasukkan unsur humor dalam terapinya, yaitu dalam teknik intensi paradoksal (paradoxical intention). Dalam teknik ini, humor menjadi komponen utama dalam terapi. Penerapannya dilakukan dengan cara mengajak klien dengan memandang persoalannya dari sudut pandang humoristis, sehingga dirasakan tidak terlalu berat membebani pikir. Hal ini membuka jalan untuk membuka sikap baru dalam mengatasi masalahnya
Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah bisa untuk menertawakan diri sendiri? Jika Anda bertanya kepada saya mengenai hal ini, saya bersyukur hingga saat ini saya tidak pernah tertawa sendiri...
Ha ha ha ha ha ...
Salam
Dikutip dari beberapa sumber.
Sense of humour adalah kemampuan untuk menimbulkan rasa humor. Rasa humor ini sangat dipengaruhi banyak hal, diantaranya lokasi geografis, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan dan kecerdasan.
Bagi sebagian ilmuwan sosial, terutama psikologi, rasa humor juga mendapat perhatian yang khusus. Telah banyak dilakukan penelitian tentang humor dan kaitannya dengan kehidupan manusia.
Besarnya perhatian mereka terhadap humor ini sebenarnya tidak mengherankan karena humor adalah salah satu kualitas khas manusia. Artinya, di antara makhluk-makhluk lain, hanya manusialah yang memiliki sifat humor dan memandang sesuatu secara humoristis.
Hanya manusia yang bisa tertawa, yakni menertawakan hal-hal yang ada di luar dirinya dan juga menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan diri sendiri? Ya, hampir sebagian besar orang akan tertawa ketika melihat, mendengar dan merasakan kejadian lucu yang menimpa orang lain. Pernahkah kita tertawa terhadap diri kita sendiri?
Menertawakan diri sendiri akan sulit dilakukan oleh sebagian orang karena merasa dirinya minder ataupun sebaliknya merasa diri yang superior dan perfeksionis. Ada juga yang berpendapat, hal ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri dan sifat optimis dari orang yang bersangkutan.
Bagi sebagian orang, menertawakan diri sendiri dilakukan untuk menyegarkan suasana, menutupi kesalahan yang dilakukan, atau juga untuk menghindari celaan atau bahkan hinaan orang.
Menurut beberapa orang pakar (tentunya psikolog bukannya pakar bola) menertawakan diri sendiri merupakan salah satu tanda bahwa orang tersebut masih normal atau tidak mengalami gangguan kejiwaan yang berat. Menertawakan diri bisa dilakukan untuk melepaskan ketegangan pikiran akibat beban kerja, masalah, konflik dengan orang lain dan sebagainya.
Salah seorang pakar psikologi humanistik, yakni David Cohen dalam buku Humor, Irony and Self Detachment, berpendapat bahwa kemampuan manusia untuk memandang diri sendiri secara ironis dapat dipandang sebagai kualitas manusiawi yang sangat baik. Bahkan kemampuan menertawakan diri sendiri merupakan karakteristik khas manusia, karena di dalamnya tersirat kemampuan pemisahan terhadap diri sendiri (self detachment), yaitu kemampuan untuk membedakan diri sebagai subjek (yang menertawakan) dan sebagai objek (yang ditertawakan) sekaligus!
Selain itu, ahli psikologi lainnya, yaitu Gordon W Allport yang terkenal dengan teorinya tentang kepribadian manusia mengungkapkan bahwa kepribadian yang matang ditandai oleh usaha untuk memperluas diri, hubungan yang ramah dengan orang lain, menerima keadaan diri, berusaha realistis, meyakini dan menghayati suatu falsafah hidup yang integratif, dan bersikap objektif terhadap diri sendiri. Dalam ciri yang terakhir, yaitu bersikap objektif terhadap diri sendiri, terdapat pemahaman terhadap diri sendiri dan rasa humor, termasuk bersikap humoristis terhadap diri sendiri. Dengan demikian, dapat diungkapkan bahwa salah satu tanda kematangan kepribadian seseorang adalah kesanggupannya untuk menertawakan diri sendiri.
Seorang ahli logoterapi Viktor. S. Frankl adalah seseorang yang memasukkan unsur humor dalam terapinya, yaitu dalam teknik intensi paradoksal (paradoxical intention). Dalam teknik ini, humor menjadi komponen utama dalam terapi. Penerapannya dilakukan dengan cara mengajak klien dengan memandang persoalannya dari sudut pandang humoristis, sehingga dirasakan tidak terlalu berat membebani pikir. Hal ini membuka jalan untuk membuka sikap baru dalam mengatasi masalahnya
Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah bisa untuk menertawakan diri sendiri? Jika Anda bertanya kepada saya mengenai hal ini, saya bersyukur hingga saat ini saya tidak pernah tertawa sendiri...
Ha ha ha ha ha ...
Salam
Dikutip dari beberapa sumber.
Comments