Gugat Transparansi Proyek Sekolah
SOLO - Siswa SMA Negeri 3 Solo, kemarin (24/3) berdemo membongkar dugaan penyimpangan proyek di sekolahnya. Dalam aksinya di aula sekolah, para siswa membeber data-data valid terkait penyimpangan tersebut.
Kegiatan belajar mengajar di salah satu SMA favorit di Solo itu pun sedikit tersendat. Pasalnya, kebanyakan dari siswa mengikuti unjuk rasa. Guru-guru yang hendak masuk kelas mengajar pun balik kucing ke ruang guru.
Aksi berlangsung pukul 09.00 hingga 11.00. Perdebatan antara siswa dengan komite sekolah dan kepala sekolah pun tidak dapat terhindarkan. Di tengah-tengah pengurus komite dan kepala sekolah, para siswa --yang menamakan diri kelompok Save Our School Mision (SOSM) itu-tanpa gentar membeberkan dugaan penyimpangan di sekolahnya.
Menurut mereka, dugaan penyimpangan dalam proyek pembangunan di sekolah itu sudah tercium cukup lama. Tapi, bukti-bukti baru selesai dikumpulkan pekan-pekan kemarin. "Setelah kuat ada bukti, kami baru bisa menggelar aksi hari ini (kemarin)," ujar pengurus SOSM, Zahra Nur Eriza, 16, kepada wartawan.
Dia memaparkan, melencengnya realisasi rencana anggaran dari pihak sekolah terjadi sejak 2004 hingga 2007. Itu bisa dipantau dari Rancangan Anggaran Perencanaan Belanja Sekolah (RAPBS). Salah satu contoh anggaran yang diduga diselewengkan adalah pengadaan alat multimedia. "Pengadaan alat ini sebetulnya sudah dianggarkan di RAPBS 2007. Tapi, hingga kini belum diwujudkan," beber dia.
Kemudian, ada beberapa perencanaan anggaran pembangunan pada 2004-2007 yang tidak sesuai prosedurnya. Misalnya, ada anggaran pembangunan pada 2007 yang telah dialokasikan di APBS. Tapi, pelaksanaan pembangunannya baru di kerjakan pada 2008.
Padahal, pada 2008 ini juga ada anggaran untuk pembangunan yang sama. Munculnya persoalan-persoalan itu membuat para siswa minta sekolah mengaudit ulang keuangan proyek-proyek itu. Yakni, sejak uang didapat dari siswa hingga diolah menjadi sebuah program pembangunan yang nyata. "Kami hanya minta sebuah transparansi dari sekolah," minta Zahra.
Ditegaskan dia, jika pihak sekolah tidak mau mengaudit seluruh pengeluaran keuangan sekolah, siswa menuntut kepala sekolah mundur dari jabatannya. Para siswa juga minta pengembalian uang yang diduga telah diselewengkan itu. "Kami menuntut mundur kepala sekolah. Karena ada penyimpangan dalam kepemimpinannya," seru Zahra.
Menanggapi aksi siswanya, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Solo, Sunarso, tidak mau berkomentar banyak. Ditemui usai aksi, dia malah menyerahkan persoalan ini kepada komite sekolah. "Kami belum bisa berkomentar, tanyakan saja pada komite," minta dia, sambil meninggalkan wartawan.
Terpisah, Wakil Ketua Komite Sekolah, Bambang Martono, mengatakan pihaknya tidak mau masuk ke dalam persoalan yang terjadi di sekolah. Meski, dia menyadari ada hal-hal terkait kebijakan di sekolah yang kurang memuaskan pihak komite. "Tapi, kami mencoba untuk melakukan langkah-langkah pembenahan," terangnya.
Langkah ini diwujudkannya saat mengadakan lokakarya di Tawang Mangu, Karanganyar, awal 2007 lalu. Dalam acara itu disusun program kerja (proker) perubahan sistem keuangan sekolah. "Nah, mulai masuk 2008 ini ada sebuah program baru, yakni trasparansi keuangan. Dalam lokakarya ini, kami hanya menjalankan fungsi sebagai komite sekolah," tambah dia.(un/tej)
sumber : Jawa Pos 25 Maret 2008
Comment : waduh waduh kok begini jadinya?!@#!@??!?
Comments