Di antara 115 surat-surat Raden Ajeng Kartini ternyata ternyata ada beberapa surat yang kontroversial. Salah satunya adalah suratnya yang soal Buddha. Surat itu terkena sensor dan tak diterbitkan dalam buku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada 1911. Majalah Tempo pernah menurunkan edisi khusus Kartini beberapa waktu lalu. Pengakuan Kartini yang menyebut dirinya sebagai anak Buddha bermula saat Kartini kecil sakit keras. Badannya menggigil. Dokter yang didatangkan ayahnya, Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, tak sanggup mengobati anak tujuh tahun itu. Lalu datanglah seorang Cina yang sedang dihukum pemerintah Hindia Belanda bertamu ke rumahnya. Laki-laki Cina itu sudah dikenal oleh tiga anak Sosroningrat. Dia menawarkan bantuan dengan meminta Kartini meminum air yang dicampur abu lidi shio dari sebuah kelenteng di Welahan, kecamatan di Jepara, Jawa Tengah, tempat terdapat banyak rumah ibadah umat Konghucu. Ajaib. Demam Raden Ajeng turun